MANADO – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan Jawa Timur (Jatim) sepakat meningkatkan kerja sama misi dagang dan investasi untuk meningkatkan perekonomian daerah.

Kesepakatan itu ditindaklanjuti dengan penandatangangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Gubernur Jatim, Khofifah Parawangsa dan Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw di Manado, belum lama ini.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulut, Edwin Kindangen mengatakan, misi dagang Jatim-Sulut akan saling menguntungkan kedua daerah.

“Pemprov Sulut menyambut positif program misi dagang ini. Karena memang disadari Jawa Timur industrinya lebih maju. Selain itu, menjadi sumber pasokan beberapa komodity di Sulawesi Utara, baik untuk kebutuhan pangan maupun pabrikan lainnya,” ungkap Kindangen, Senin (29/8/2022).

Ia mengakui, industri di Jatim lebih maju yang membuat daerah tersebut memasok apa yang menjadi kebutuhan pokok warga di Sulut.

Namun demikian, kata Kindangen, Sulut juga memasok sejumlah komodity yang menjadi kebutuhan warga di Jatim.

“Seperti ikan dan produk-produk olahan dari kelapa,” ucapnya.

Lanjut dia, misi dagang ini juga mempertemukan secara langsung pelaku usaha dari Sulut dan Jatim.

“Sehingga demikian lebih efektif dan efisien bisnis mereka. Kita juga dapat melihat langsung produk-produk apa yang dapat dihasilkan dari Sulawesi Utara,” tukasnya.

Pemprov Sulut, katanya, mendorong para pelaku usaha lokal baik Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk memanfaatkan peluang dari misi dagang Sulut-Jatim.

“Kita juga meminta para pelaku usaha Sulut untuk dapat terus membangun komunikasi relasi bisnis dengan para pelaku usaha di Jatim. Contohnya pada hari ini juga, ada pelaku usaha di Jatim meminta pelaku usaha kita memasok sebanyak 30 karton cakalang fufu per minggu,” jelasnya.

Meski begitu, Kindangen berharap para pelaku IKM/UMKM Sulut dapat konsisten memenuhi apa yang menjadi permintaan para pelaku usaha dari Jatim untuk memasok produk-produk yang diminta.

“Terutama juga soal kesepakatan harga. Intinya, misi dagang ini akan membawa keuntungan bagi para pelaku usaha di Sulut. Tentunya harus dimanfaatkan peluang bisnis ini,” tandasnya.

Sekedar diketahui, nilai transaksi yang tercatat dari gelaran misi dagang Sulut-Jatim hingga Kamis, 26 Agustus 2022, tercatat ditutup dengan angka Rp158 miliar.

Adapun transaksi sebanyak 40 komodity dari Jatim dan Sulut. Sejumlah komodity dari Jatim seperti ian patin, apel, jeruk, makanan olahan, rokok, jagung ose kering dan gula pasir. Sementara dari Sulut seperti jahe, arang tempurung, minyak cengkih, cakalang fufu, pala, VCO, porang dan lainnya. (rivco)