MANADO – Para seniman alias ‘perupa’ Sulawesi Utara (Sulut) yang terlibat dalam Pameran Seni Rupa ‘Makarao’ mengapresiasi Hotel Aryaduta Manado yang telah menyelenggarakan pameran lukisan tersebut.

Dikatakan salah satu perupa, Bensuryo Pambudi, pameran seni rupa yang dilaksanakan di Lobby Hotel Aryaduta Manado pada 23 Oktober – 3 November ini merupakan sebuah ‘anomali’, sebuah ketidakbiasaan pada pola yang sudah ada.

“Mana ada pameran seni rupa di Manado beberapa bulan terakhir? tidak ada. Kita memecahkan pola itu, pola-pola yang bersifat kesunyian, membosankan,” ungkap pria yang akrab di sapa Nobe itu.

“Disini kita melihat karya, kita berintrospeksi diri, sebagaimana gerhana selalu ditunggu-tunggu oleh manusia di Bumi,” kata Nobe. Ya, ‘Makarao’ sendiri berarti Gerhana dalam Bahasa Tondano.

Dirinya mewakili para perupa pun berharap pameran seni rupa ini bisa menjadi event yang selalu ditunggu masyarakat. “Selamat mengapresiasi karya,” ucap Nobe.

Sementara itu, Ida Bagus Anggarama selaku General Manager Aryaduta Manado menyebut bahwa pameran ini adalah upaya nyata Aryaduta Manado untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada para tamu tamu yang datang.

“Dalam acara ini, kami tidak hanya menghadirkan persembahan visual yang memukau, tetapi juga menciptakan pengalaman yang mendalam dalam aspek Seni dan Budaya lewat karya karya pelukis Sulawesi Utara,” tuturnya.

Untuk diketahui, masyarakat Kota Manado maupun kalian yang akan menginap di Aryaduta Manado bisa menikmati pameran ini secara gratis di Lobby hotel.

Para perupa yang terlibat dalam memperlihatkan karyanya antara lain Maria Budiyatmi, Jaya Masloman, Deni Katili, Luthfi Madina dan Nobe. Adapun karya mereka dikurasi oleh Ajeng Prasasti.(Fernando Rumetor)