GORONTALO – Menghadapi tantangan perubahan iklim dan berkurangnya lahan pertanian, penerapan budidaya yang tepat menjadi kunci keberhasilan pertanian berkelanjutan.
Syngenta Indonesia bekerja sama dengan Universitas Negeri Gorontalo dan Universitas Ichsan Gorontalo memperkenalkan konsep ini melalui serangkaian program edukasi tentang budidaya jagung di lahan miring dengan praktik pertanian yang tepat.
Acara puncak dari rangkaian edukasi ini adalah “Festival Pertanian Regeneratif di Lahan Miring” yang berlangsung di Desa Ulapato B, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Acara ini dihadiri oleh Bupati Gorontalo, perwakilan Bappeda Provinsi, akademisi, dan lebih dari 250 petani. Festival ini menekankan bahwa dengan praktik pertanian yang tepat, petani dapat meningkatkan hasil panen sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
“Kunci keberhasilan dan keberlanjutan pertanian terletak pada teknik budidaya yang diterapkan. Dengan teknik yang tepat, dampak negatif terhadap lingkungan seperti erosi atau penurunan kualitas tanah bisa dihindari,” ujar Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo.
Gorontalo, yang dikenal sebagai salah satu provinsi penghasil jagung terbesar, memiliki sekitar 113.572 hektar lahan jagung yang sebagian besar berada di lereng.
Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun lahan miring lebih menantang, pertanian tetap bisa berhasil dengan teknik yang tepat. Pemahaman ini penting agar petani mampu mengelola lahan secara berkelanjutan.
Teknik Budidaya Berkelanjutan
Zulham Sirajuddin, ahli pertanian dari Universitas Negeri Gorontalo, menjelaskan bahwa penelitian bersama Syngenta menghasilkan beberapa rekomendasi teknik budidaya berkelanjutan.
Dikatakannya, teknik-teknik ini, seperti sistem pertanian kontur dan tumpang sari, membantu pengelolaan air yang lebih efektif dan mencegah erosi.
“Dengan menggunakan sistem kontur, tanah tetap stabil, sementara tumpang sari memungkinkan petani menanam beberapa jenis tanaman yang saling mendukung secara ekonomi dan lingkungan,” ujar Zulham.
Untuk mencegah erosi, petani juga dapat menanam rumput odot di sepanjang guludan, yaitu tumpukan tanah yang dibuat mengikuti garis kontur atau memotong lereng.
“Rumput odot, dengan sistem perakarannya yang kuat, membantu menjaga kestabilan tanah dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak,” tambahnya.
Tinggalkan Balasan