semua orang yang berakal berhak bertanggung jawab atas kualitas pendidikan lingkungan sekitarnya’. Itulah kata-kata yang terpampang pada sebuah baliho yang ada di lokasi belajar dari komunitas Rumah Cinta Kasih Bitung.

Komunitas yang berlokasi di Pesisir Candi, Kota Bitung, tepatnya di Lingkungan III, Kelurahan Bitung Barat Satu, Kecamatan Maesa, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara ini didirikan oleh Anggriawan Onthoni.

Anggriawan yang akrab disapa Wawan ini membentuk komunitas Rumah Cinta Kasih Bitung untuk ikut berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak pesisir yang berada di daerah bernama Pesisir Candi.

“Saya membuat komunitas ini sebenarnya secara tak sengaja. Jadi sekitar bulan April tahun 2022 itu saya mau memperbaiki kapal di area yang namanya Pesisir Candi karena saya ini seorang mekanik kapal,” kata Wawan.

“Sembari menunggu perahu yang akan mengantarkan saya ke kapal, saya didatangi seorang anak yang ingin meminta uang jajan. Saat itu terjalinlah komunikasi saya dengan anak ini. Disitu saya tanya ‘uang ini mau buat apa?’, ‘kenapa belum sarapan?,” cerita Wawan.

“Panjang lebar saya berbicara dengan anak ini dan saya mendapatkan informasi bahwa di area Pesisir Candi ini banyak anak yang orang tuanya broken home. Banyak anak yang hanya tinggal dengan kakek dan nenek maupun pamannya. Jadi banyak kebutuhan sehari-hari mereka yang tak bisa terpenuhi, apalagi kondisi saat itu masih pandemi Covid-19,” sambungnya.

“Setelah itu saya berilah uang jajan kepada anak itu. Perahu datang lalu saya lanjut kerja di kapal dan saat saya balik ke Pesisir Candi saya melihat anak-anak ini cuman main-main saja. Mereka tidak ada kegiatan lain karena sekolah diliburkan akibat Covid-19,” kata dia.

“Saya pun mulai mencari-cari informasi tambahan, saya menghampiri RT setempat dan ternyata disampaikan bahwa memang di daerah ini banyak orang tua dari anak-anak ini yang hanya lulusan SD saja,” tutur Wawan.

Melihat langsung fakta-fakta tersebut, hati Wawan mulai tergerak untuk membantu anak-anak ini. Ia pun pulang ke rumah dan berdiskusi dengan sang istri untuk bisa berbuat sesuatu bagi mereka.

“Saya komunikasi dengan istri, saya sampaikan keinginan bahwa anak-anak di Pesisir Candi ini harus dibimbing, kasihan kondisi mereka seperti ini. Istri saya pun memberikan dukungan dan mau membantu saya,” sebutnya.

Kegiatan belajar di Rumah Cinta Kasih Bitung. (FOTO: Dokumentasi Rumah Cinta Kasih Bitung).

Jalankan Rumah Cinta Kasih Bitung bersama Istri

Keinginan yang besar serta dukungan dari sang istri membuat Wawan akhirnya memberanikan diri membentuk komunitas yang dinamakannya ‘Rumah Cinta Kasih Bitung’.

“Sebenarnya sempat kekurangan dana, tetapi karena tekad sudah bulat maka saya dan istri memberikan seberapa yang ada pada saat itu untuk memulai project ini,” ucapnya.

Wawan dan istri pun saling berjibaku menjalankan Rumah Cinta Kasih Bitung. Mereka berdua mulai mengumpulkan anak-anak di Pesisir Candi dan meminta izin ke pemerintah setempat.

“Awalnya anak-anak masih ragu, tapi mungkin karena ada kue yang saya siapkan makanya mereka akhirnya mau ikut belajar bersama,” ungkap Wawan.

Setelah mendapatkan izin pemerintah dan banyak anak-anak yang tertarik, akhirnya Wawan dan istri membuat kelas belajar setiap hari Sabtu. Pelajaran yang diberikan pun beragam, mulai dari menghitung, membaca, menulis, hingga kelas alam dan wirausaha.

“Untuk sekarang memang kita fokuskan di menghitung serta baca tulis, karena faktanya banyak anak-anak ini meski sudah kelas 5 SD namun belum lancar menghitung dan membaca,” kata pria berusia 35 tahun itu.

Lama-kelamaan Wawan dan istri mulai mendapatkan relawan yang mau membantu. Ada relawan yang berasal dari latar belakang mahasiswa, kalangan gereja, hingga Guru di salah satu SMP di Kota Bitung.

Ingin Memberikan Pendidikan agar Anak-anak Pesisir Bisa Menggapai Impian

Wawan juga bercerita bahwa niatnya membuat Rumah Cinta Kasih Bitung karena ingin memperbaiki pendidikan anak-anak Pesisir Candi, Kota Bitung, agar kedepannya mereka bisa meraih masa depan yang lebih cerah.

“Pemikiran saya kalau dasar pendidikan mereka kuat, semua cita-cita dan impian yang mau diraih itu bisa tercapai dengan ilmu yang didapatkan. Meskipun latar belakang ekonomi bisa dibilang ada di bawah, namun saya yakin itu bukan penghalang,” tutur Wawan.

“Saya percaya dengan pendidikan yang didapatkan mereka bisa memperbaiki kehidupan mereka di masa mendatang dan bisa bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya,” ujar pria lulusan Diploma III Elektro ini.

Keinginan ini juga sejalan dengan motto hidup Wawan yakni ‘diberkati untuk memberkati mereka yang membutuhkan’.

Adapun saat ini, kata Wawan, ada sekitar 20-an anak-anak yang berada di sekitar Pesisir Candi yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di Rumah Cinta Kasih Bitung.

Guru SMP yang Mengajar Tanpa Pamrih

Diantara para relawan Rumah Cinta Kasih Bitung, ternyata ada seorang Guru yang masih aktif mengajar di salah satu SMP yang ada di Kota Bitung. Dia adalah Linda Novianti Pangumbalerang.

Linda yang berprofesi sebagai Guru ini mengaku tergerak hatinya untuk memberikan diri menjadi relawan setelah mendapatkan informasi dari sang keponakan yang merupakan relawan.

“Awalnya dapat informasi dari keponakan yang juga relawan di Rumah Cinta Kasih ini. Kemudian saya lihat-lihat ternyata kegiatan yang mereka lakukan cukup positif, mereka mau membantu anak-anak pesisir, disitu hati saya tergerak untuk ikut membantu,” ucapnya.

Linda Novianti Pangumbalerang (kedua dari kiri baju biru) saat menjadi relawan di Rumah Cinta Kasih Bitung. (FOTO: Dokumentasi Rumah Cinta Kasih Bitung)

Perempuan yang merupakan lulusan Sarjana Pendidikan ini menyampaikan, kegiatan belajar mengajar di Rumah Cinta Kasih Bitung yang dilaksanakan setiap hari Sabtu membuat dirinya bisa leluasa membantu.

“Ditambah dengan latar belakang saya sebagai pendidik maka saya rasa cocok. Kurang lebih saya mulai mengajar sejak bulan Juli atau Juni tahun ini,” sebut perempuan berusia 41 tahun ini.

Linda pun menyampaikan bahwa selama 3 – 4 bulan menjadi relawan dirinya tak menerima upah sepeser pun alias dirinya mengajar tanpa pamrih.

“Saya memang murni memberikan diri untuk menggali potensi anak-anak serta membantu membentuk karakter mereka,” ujar Linda yang memiliki motto ‘semua pekerjaan yang baik dan benar adalah berkat dari Tuhan, karenanya lakukanlah dengan sepenuh hati’.

“Harapan kedepan saya agar Rumah Cinta Kasih ini bisa ada juga di lokasi-lokasi lain di Kota Bitung, karena saya dengar banyak juga anak-anak di tempat lain yang membutuhkan perhatian seperti ini,” tambahnya.

Dapat Bantuan Pertamina

Usaha Wawan dan istri yang membentuk Rumah Cinta Kasih Bitung tak hanya mendapatkan perhatian dari para relawan, tetapi juga dari PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Bitung.

Community Development Officer (CDO) PT. Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal (IT) Bitung, Qadri Karim, menyebut saat melakukan pemetaan social mapping untuk komunitas-komunitas yang berpotensi mendapatkan Corporate Social Responsibility (CSR) pada tahun 2023, pihaknya mendapatkan komunitas Rumah Cinta Kasih Bitung.

Setelah melewati berbagai pertemuan dan proses seleksi, Rumah Cinta Kasih Bitung pun diusulkan mendapatkan CSR dari Pertamina IT Bitung. Komunitas ini lalu resmi mendapatkan bantuan CSR sejak awal tahun 2024.

“Kami memutuskan untuk memberikan CSR kepada Rumah Cinta Kasih Bitung karena sejalan dengan tujuan perusahaan terkait tanggung jawab sosial di lingkungan ring satu perusahaan,” ucapnya.

“Kami melihat juga bahwa kegiatannya positif dan menyasar anak-anak marjinal yang ada di Pesisir Candi. Kami melihat bahwa bantuan yang akan diberikan lumayan baik untuk keberlanjutan kegiatan mereka,” sambung Qadri.

Perayaan HUT RI bersama anak-anak di Rumah Cinta Kasih Bitung. (FOTO: Dokumentasi Rumah Cinta Kasih Bitung)

Disampaikan Qadri juga, untuk tahun pertama ini pihaknya mengajukan pemberian CSR dalam bentuk penyediaan tempat belajar, alat tulis menulis, alat peraga hingga buku-buku bacaan.

“Ini untuk mendukung aktivitas belajar mengajar mereka. Kita inginkan kegiatan belajar mengajar tidak hanya hari Sabtu saja, melainkan ada hari-hari lain,” sebutnya.

“Selain itu, kita juga memberikan bantuan saat mereka ingin melakukan beberapa kegiatan seperti saat merayakan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus dan Hari Anak Nasional,” kata Qadri.

Dirinya pun menyampaikan bahwa Pertamina IT Bitung melakukan evaluasi setiap tahun dan berusaha untuk menyerap aspirasi dari kelompok yang diberikan CSR terkait apa-apa saja yang mereka butuhkan.

“Jadi program CSR di Pertamina yang sifatnya pemberdayaan itu biasanya dimaksimalkan sampai lima tahun kegiatan. Tiap tahun kita evaluasi dan harapannya setelah lima tahun ini mereka yang menerima CSR bisa mandiri,” ujarnya.

Meiske Yang Memberikan Beranda Rumahnya Menjadi Tempat Belajar

Tempat belajar mengajar dari komunitas Rumah Cinta Kasih Bitung sendiri berada di kediaman milik Meiske Nur Sabat, warga Lingkungan III, Kelurahan Bitung Barat Satu, Kecamatan Maesa, Kota Bitung.

Meiske menyebut, awalnya pihak dari Pertamina IT Bitung ingin menyewa rumahnya full selama satu tahun, namun ia menolak karena rumah tersebut dijadikan juga sebagai tempat berusaha.

“Pertamina IT Bitung awalnya mau sewa satu tahun namun saya tolak karena ada usaha makanan kecil-kecilan di rumah saya. Berjalannya waktu karena anak saya juga ikut di komunitas ini jadi saya gratiskan saja mereka pakai beranda rumah saya setiap hari Sabtu,” ucapnya.

Meiske Nur Sabat (kiri) yang menjadikan beranda rumahnya sebagai tempat belajar. (FOTO: Fernando Rumetor/sindomanado.com)

“Saya senang juga karena setiap hari Sabtu anak saya ada aktivitas yang bermanfaat, tidak hanya main-main saja. Itung-itung ikut bantu juga warga sekitar,” tutur perempuan berusia 35 tahun ini.

Harapan Besar Kedepan

Wawan, sang pendiri, berharap agar anak-anak yang mendapatkan pendidikan di Rumah Cinta Kasih Bitung tak terjerumus ke hal-hal negatif dan tidak bermanfaat.

“Karena kalau pendidikan tidak baik, pola pikir tidak bagus, maka anak-anak akan cenderung melakukan hal-hal yang negatif. Saya harap mereka yang ikut di Rumah Cinta Kasih Bitung ini bisa terhindari dari hal seperti itu karena sudah mendapatkan pendidikan dari kami,” harapnya.

Dirinya pun memiliki mimpi besar agar Rumah Cinta Kasih Bitung ini bisa ekspansi dan mampu membuka cabang di titik-titik lain yang ada di Kota Bitung. “Agar lebih banyak anak lagi yang bisa kita bantu, khususnya dari sisi pendidikan dan karakter,” sebut Wawan.

“Saya berharap Rumah Cinta Kasih Bitung kedepannya juga bisa lebih bermanfaat lagi bagi generasi emas yang ada di Kota Bitung. Saya ingin anak-anak ini menjadi ‘unggulan’ dan bisa berprestasi serta meraih cita-cita mereka,” kuncinya.