MANADO- Sulawesi Utara merupakan daerah di Indonesia yang juga kaya seni dan budaya. Tercatat terdapat banyak peninggalan sejarah dan budaya di provinsi dengan 15 kabupaten dan kota ini. Melihat hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan Daerah, Jenry Sualang mengajak milenial mencintai budaya lokal Sulawesi Utara (Sulut).

“Tak dapat dipungkiri, generasi milenial khususnya di era 4.0 sangat dipengaruhi kemajuan teknologi, hal ini membuat minat belajar sejarah dan budaya cenderung berkurang. Ada banyak hal yang perlu masyarakat khususnya milenial Sulut ketahui tentang sejarah dan budaya kita,” terang Sualang saat ditemui di meja kerjanya, Senin (6/1/2020).

Menurutnya mempelajari kemajuan teknologi bagi milenial dibutuhkan untuk menambah kecerdasan intelektual, tapi perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional dengan sosial, salah satunya dengan menghargai budaya.

Sualang mengungkap tugas Dinas Kebudayaan sesuai Undang-undang nomor 5 tahun 2017 adalah membina dan mengembangkan seni dan budaya Indonesia. Menjadi tanggungjawab pihaknya juga untuk membuat anak muda khususnya di Sulut mencintai seni dan budaya. Ia menyayangkan banyak orang cerdas dan hebat tapi tidak mencintai budayanya.

“Pemerintah Provinsi (Pemprov) sudah menyediakan museum, agar masyarakat bisa melihat budaya Sulut di satu tempat tanpa harus terpencar, tapi memang minat masyarakat lokal khususnya milenial masih kurang,” terangnya lagi.

Untuk itu, pada 2020, Sualang mengatakan Dikbud Sulut akan melakukan beberapa upaya, di antaranya akan melangsungkan pameran lukisan dan cerdas cermat dengan tema sejarah dan museum. Target peserta adalah siswa dan anak muda Sulut. Diharapkan puka lewat kegiatan tersebut, semakin banyak milenial yang tertarik belajar sejarah dan budaya.

Sementara itu, mahasiswa Unsrat, Zefanya Manoppo turut merasakan kurangnya minat generasi milenial terhadap sejarah dan budaya lokal. Menurut dia, kurangnya minat milenial berpengaruh terhadap kelangsungan pelestarian budaya itu sendiri.

“Ada banyak budaya yang mulai sulit ditemui, seperti permainan anak-anak, bahasa daerah, dan generasi milenial berperan penting untuk bantu kelestariannya. Tapi tidak bisa dipungkiri, era teknologi sekarang membuat minat milenial belajar budaya berkurang,” ujar Zefanya.

Zefanya berharap pemerintah lebih bekerja keras mengajak generasi milenial tetap mencintai budaya entah lewat lomba, pemeran dan sosialisasi.

“Sosialisasi juga perlu, mungkin banyak anak muda yang ingin belajar alat musik tradisional kolintang tapi minim informasi di mana bisa belajar. Pemerintah bisa menginformasikan sanggar-sanggar dan tempat latihan, serta informasi lain lewat situs-situs daring yang mudah di akses,” tutupnya. (Ilona Piri)