TOMOHON— Pandemi virus korona (Covid-19) telah menjadi krisis ekonomi. Ribuan orang kehilangan pekerjaan dan banyak pengusaha gulung tikar. Berharap pada bantuan pemerintah, tidak menjamin. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini membuat masyarakat harus putar otak agar bisa bertahan hidup.

Di Kota Tomohon, ada La Taylor yang keseharian mencari penghasilan dari usaha menjahit pakaian, mulai dari seragam kerja hingga baju pesta. Namun di tengah penyebaran virus korona, La Taylor kini beralih menjadi produsen masker. Tempat usaha ini kini menyediakan masker kain yang bisa dicuci pakai, dengan berbagai motif maupun polos.

Hal ini dilakukan Linda Alow, sang pemilik La Taylor gara-gara sepi orderan menjahit pakaian. Tempat usaha yang terletak di ujung selatan Kota Tomohon ini sudah mulai memproduksi masker kain sejak pertengahan Maret, sebelum Pemerintah mengeluarkan anjuran setiap warga yang akan beraktivitas di luar rumah wajib menggunakan masker.

“Saat mengetahui pemerintah mengeluarkan imbauan tidak ada lagi acara pesta, kawinan, wisuda dan acara lainnya yang kebanyakan menjadi momen orang menjahit pakaian baru, maka dari itu produksi pakaian di-pending. Jadi berpikir bagaimana usaha bisa tetap jalan dengan memproduksi masker kain,” jelas Linda.

Dia juga awalnya sempat membagikan masker ke masyarakat sekitar. “Karena di awal belum ada pesanan, kebetulan terdapat bahan baku seperti kain-kain yang bisa dijadikan masker jadi sempat membuat beberapa. Karena tidak mungkin dipakai semuanya jadi dibagikan ke masyarakat yang belum memiliki masker, hitung-hitungan saling berbagi dengan sesama,” lanjut wanita  42 tahun ini.

Perempuan yang sudah mulai menjahit setamat bangku sekolah ini mengaku, sampai saat ini sudah sekira tiga ribuan masker yang diproduksi. “Bermula dengan posting-an di jejaring sosial sehingga mulai ada yang pesan, baik dari dalam kota hingga luar daerah. Berbagai macam instansi pemerintah maupun swasta, perbankan, toko-toko, rumah kopi, mitra PLN, Telkom Manado, klinik kesehatan, Unima, bagian keuangan, RS Noongan, bahkan RSUD di Merauke dan pesanan pribadi juga. Ada yang dilayani pesan antar, ada juga yang djemput sendiri, kalau untuk kirim ke luar daerah kami memanfaatkan jasa pengiriman,” urainya.

Biasanya, kata dia, sebelum pandemi Covid-19 ini, taylornya rata-rata menerima orderan per minggu, puluhan pakaian. “Sebenarnya saat imbauan pemerintah keluar, ada beberapa orang yang biasa membantu menjahit pakaian harus dirumahkan, tetapi karena ini pesanan mulai ramai sudah ada rekan yang membantu tapi tidak banyak karena juga memang tidak bisa terlalu banyak orang karena physical distancing tetap terjaga,” terangnya.

Dia mengaku bersyukur masih bisa mendapat penghasilan untuk keluarga. “Untuk masker yang kami produksi ini diberi harga mulai Rp7.500 per pcs. Untuk waktu pengerjaan disesuaikan dengan jumlah pesanan. Kadang juga harus kerja ekstra karena mengejar deadline pesanan, kadang juga kami harus menyiapkan barang ready stok agar saat ada yang membeli eceran bisa memilih dari masker yang sudah tersedia. Puji Tuhan sampai saat ini semua pesanan bisa terselesaikan,” tukasnya. (Wailan Montong)