MANADO— Deputi Direktur Bidang Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), MHA Ridhwan menilai, pariwisata di Sulut merupakan sektor yang paling eksotis.
Sektor ini memiliki potensi yang sangat besar, hanya saja belum banyak dinikmati. “Sudah baik, tapi kami menilai sektor pariwisata di Sulut masih banyak yang perlu ditingkatkan,” ujar Ridhwan, dalam diskusi Review Pariwisata Sulut kerja sama BI Provinsi Sulut dan KORAN SINDO MANADO, di Casa Bakudapa, Senin (29/10/2018).
Dia menilai, berdasarkan data, kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) di Sulut sudah terbilang tinggi, namun jika dibandingkan dengan daerah jumlah tersebut belum seberapa.
Pasalnya, hingga 1 Oktober 2018 kunjungan Wisman di Sulut sudah 100.000 orang. Bali sudah sekitar empat jutaan orang, dan Jawa Timur 216 ribuan orang. Bahkan Sulut baru mampu memberikan kontribusi sekira 0,8% dari kunjungan Wisman secara nasional yang sudah menyentuh diatas 10 jutaan orang.
Untuk waktu lama tinggal, Wisman yang berkunjung ke Sulut rata-rata lama tinggal 2,7 hari, dibandingkan dengan Jawa Timur dan Bali yang bisa diatas empat sampai lima hari.
Meskipun demikian, pihaknya optimistis dikarenakan Pemerintah Provinsi Sulut mulai fokus mengembangkan sektor pariwisata untuk membantu ekonomi daerah. Dikarenakan di Sulut potensi wisata yang besar masih sangat mungkin untuk dikembangkan. “Isu pariwisata di Sulut sudah menjadi perhatian pemerintah daerah. Namun banyak hal yang perlu kita kembangkan lebih baik,” jelasnya.
Menurut dia, ruang berkembang ke depan masih sangat besar. Salah satunya solusi membuka konektivitas antar pelaku pariwisata di Sulut dengan daerah lainnya.
Selain itu, dia menilai, Sulut punya potensi secara geografis, karena berada di bibir asia pasifik. Tak hanya itu, Sulut juga didukung sosial budaya yang terbuka. “sudah ada dukungan di daerah, untuk membuka penerbangan langsung, ini harus kita dorong,” paparnya.
Membangun Sulut sebagai pusat hub pariwisata Indonesia Timur. Hal yang dilakukan adalah fokus mengembangkan interkonektivitas, kelembagaan dan investasi.
“Jadi masyarakat harus menjadi costumer service yang paling baik. Karena pariwisata dapat mencetak tenaga kerja yang banyak, serta dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang strategis,” tuturnya.
Di sisi lain, Sulut juga punya potensi halal tourism, hanya saja informasi ini belum banyak diketahui calon wisatawan yang akan berkunjung ke Sulut.

General Manager Aston Manado Hotel Tommy Soetrisno memaparkan, sulut harus mencontoh Bali. Meskipun memiliki perkembangan pariwisata yang sangat pesat, namun Bali terus melakukan pengembangan. “Kita contoh Bali, Di sana sudah baik tetapi tetap ada celahnya,” ujarnya dalam diskusi dengan Moderator, Gladys Runtukahu selaku Direktur Operasional KORAN SINDO MANADO.
Lanjut dia, untuk mengatasi kendala pariwisata yang ada di Sulut, dia menyarankan agar semua pihak dapat menyelesaikan masalah secara bersama. “Bagaimana supaya maksimal kita duduk satu meja untuk membahasnya. Apa yang sudah di buat pemerintah sudah sangat baik, tapi harus ditingkatkan,” katanya.
Pemerintah juga, kata dia, perlu aktif mempromosikan pariwisata daerah. Pemerintah dalam hal ini perlu mengeluarkan dana yang mampu menunjang promosi tersebut. “Harus mengeluarkan budget untuk promosi. Promosi ini juga harus fokus,” terangnya.
Selain Lion Air, pemerintah juga perlu mendorong, maskapai lainnya yang untuk membuka penerbangan carter dari Manado. Selain itu pihaknya juga mendorong, pihak Angkasa Pura I memberikan promosi tersendiri agar pihak maskapai dapat membuka atau menambah penerbangan dari dan ke Manado.
Staf Khusus Wakil Gubernur Sulut Bidang Pariwisata Dino Gobel mengatakan, secara angka pariwisata di Sulut dinilai sudah telah mengalami lonjakan. “Mulai pertengahan 2016 dimana di buka penerbangan carter. Tahun 2016 jumlah kunjungan 48 ribu orang, tahun 2017 84 ribu orang, sekarang sudah lebih dari 100 ribu orang. “Era kepemimpinan Olly Dondokambey – Steven Kandouw, mereka membaca peluang besar untuk mengembangkan bisnis pariwisata di Sulut,” ujarnya
Owner Rumah Alam Alexander Chang mengatakan, pembangunan infrastruktur di Sulut turut membantu bisnis pariwisata. “Dengan adanya jalan tol, konektivitas pariwisata Bitung, Manado dan Tomohon akan semakin bagus,” paparnya.
Kepala cabang utama JNE Manado Julianus Barthen menilai, Sulut harus punya ciri khas pariwisata tersendiri. “Saya kira harus ada ciri khas tersendiri yang perlu diperkenalkan pada wisatawan,” katanya.
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Sulut Merry Karouwan mengatakan, pihaknya telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan pariwisata meskipun tanpa bantuan pemerintah. “Kami terkesan masih berjalan sendiri dalam memajukan pariwisata Sulut,” terangnya.
Karena itu, dia berharap kedepannya pemerintah perlu bekerjasama dengan asosiasi kepariwisataan untuk perkembangan wisata daerah.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Bitung Pingkan Kapoh menerangkan, pihaknya terus fokus pada ekonomi pariwisata untuk mendukung kinerja ekonomi Kota Bitung. Salah satunya menggelar Festival Pesona Selat Lembeh untuk mengundang kedatangan wisatawan. “Festival Pesona Selat Lembeh dalam tiga tahun kita laksanakan dan dikelola oleh pemerintah,” ujarnya.
Menurut dia, pihaknya terus menggelorakan ekonomi pariwisata, pasalnya saat ini ekonomi dari sektor perikanan sedikit menurun.
Sekretaris Kota Tomohon Harold Lolowang mengatakan, pihaknya terus mengedukasi masyarakat agar dapat menyambut dan memberikan rasa aman bagi tamu daerah. “Paling berat memang mengedukasi masyarakat untuk memberikan rasa aman bagi wisman dan wisatawan nusantara,” terangnya.
Kabid Pengendalian Penanaman Modal Janny Rembet mengatakan, saat ini pemerintah daerah terus fokus menggerakan investor di sektor pariwisata. “Tugas kami salah satu menggerakan investor di sektor pariwisata, kami juga mengundang investor untuk membangun destinasi wisata yang banyak tersebar di 15 kabupaten/kota di Sulut,” jelasnya.
Staf Khusus Bupati Minahasa Tenggara Bidang Pariwisata, Max Tamon menerangkan, tak ketinggalan dengan daerah lain, Kabupaten Minahasa Tenggara juga memiliki beragam potensi wisata yang cocok untuk dikunjungi. “Kami punya pantai Lakban, pantai Lumintang, tempat wisata air konde di Ratahann dan masih banyak lagi. Promosi dan transportasi juga menjadi perhatian kami,” terangnya.
Praktisi pariwisata Lenny Suparti mengatakan, pemerintah bersama pelaku pariwisata di Sulut perlu bekerja bersama-sama dalam mendatangkan jumlah wisatawan. “Stakeholder pariwisata perlu bergandengan tangan untuk membangun pariwisata daerah,” ujarnya
Komersial Sales Departemen Head Akhmad Akhadi Bandara Sam Ratulangi Manado menerangkan, untuk menunjang pariwisata pihaknya sedang berupaya merampungkan pembangunan terminal khusus penumpang internasional. “kami berupaya semoga di Desember 2019 terminal internasional sudah rampung dan bisa digunakan,” terangnya.
Sekretaris Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia Frankie Najoan menilai, pemerintah harus membentuk tim khusus untuk memerangi berita bohong tentang pariwisata di Sulut. “Segera antisipasi berita di media sosial yang mengganggu bisnis pariwisata,” tambahnya. (Stenly Sajow)
Tinggalkan Balasan