Tag: BPTP Sulut

  • Maksimalkan Ekspor ke Luar Negeri, BPTP Sulut Terus Dorong Peningkatan Mutu Pertanian

    Maksimalkan Ekspor ke Luar Negeri, BPTP Sulut Terus Dorong Peningkatan Mutu Pertanian

    MANADO – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara (Sulut) terus mendorong peningkatan mutu dari hasil pertanian yang ada di Sulut agar bisa mendukung dan memaksimalkan ekspor ke luar negeri.

    Beragam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) serta pembinaan pun digencarkan oleh BPTP Sulut. Hal itu diungkapkan oleh Kepala BPTP Sulut, Steivie Karouw kala berbincang dengan wartawan SINDOMANADO.COM, belum lama ini

    Dikatakannya, untuk menyasar peluang ekspor ke luar negeri, peningkatan mutu seperti pengurangan pestisida pada beberapa tanaman yang menjanjikan seperti bawang merah, terus disosialisasikan kepada para Petani yang ada di Bumi Nyiur Melambai.

    “Memang dari segi keamanan pangan dan para pembeli dari luar negeri itu mereka menghindari pestisida. Bukan berarti tanpa pestisida, tetapi kadarnya, residunya kecil. Nah kendala di Petani kan mereka yang penting kasih saja pestisida. Disinilah kita bantu untuk memberikan rekomendasi dan masukkan kepada para Petani,” ujarnya.

    Pentingnya menakar dengan baik penggunaan pestisida menjadi kunci untuk bisa menembus dan memperlebar ekspor Pertanian Sulut ke luar negeri. “Memang kalau residu pestisida lebih sedikit, panen bisa lebih sedikit. Tapi kan kalau itu laku dijual keluar, harganya otomatis lebih tinggi,” jelasnya.

    “Kalau mau hitung-hitungan secara ekonomi, dalam hal ini analisis usaha tani, mungkin pendapatan yang didapatkan Petani akan lebih tinggi jika bisa mengekspor keluar negeri, walaupun hasil panennya lebih sedikit karena penggunaan pestisida yang tak terlalu banyak,” papar Steivie.

    Lanjut dikatakannya, dari sisi hilir yakni Petani, pihak BPTP Sulut terus berupaya secara maksimal agar bisa membuat produk-produk Pertanian Sulut bisa meningkat mutunya, sehingga bisa lebih banyak para pembeli dari luar negeri yang melirik dan akhirnya memutuskan membeli produk Pertanian dari Sulut.

    “Dari sisi produksi, pendampingan kepada Petani hingga panen dan pasca panen itu dari kita BPTP. Tapi kalau mutu produk yang diekspor, yang sesuai standar pembeli, itu kontrol akhirnya ada Karantina Pertanian. Tapi perlu juga kontrol di tingkat petani, supaya tidak ada produk yang ditolak,” ungkapnya.

    Steivie sendiri menyebut, bahwa tingkat adopsi teknologi Pertanian oleh para Petani yang ada di Sulut itu cukup tinggi. “Petani-petani kita sangat terbuka kalau ada introduksi teknologi. Apapun itu pasti diterima,” pungkas Steivie.

    Tetapi memang, ungkapnya, para Petani mau melihat dulu cara pengimplementasian dan cara penggunaan teknologi yang didemonstrasikan oleh ahli dari BPTP Sulut. “Karena kita tidak bisa hanya bercerita dengan para Petani, harus ditunjukkan cara-cara penggunaan teknologinya bagaimana,” imbuhnya.

    Bulan Maret sendiri, BPTP terus menggencarkan beragan Bimtek kepada para Petani, tak hanya Petani bawang merah, tetapi juga Petani bunga Krisan. Dimana untuk tahun ini, fokus BPTP Sulut ada di komoditas bawang merah serta bunga Krisan yang sangat memungkinkan untuk diekspor dalam jumlah besar ke luar negeri.

    Pasar ekspor luar negeri yang sangat menjanjikan saat ini ialah Singapura dan juga Jepang, dimana apabila Sulut bisa memanfaatkan betul kedua negara tersebut, maka tidak mungkin Sulut akan menjadi ‘raja baru’ dalam hal ekspor Pertanian ke luar negeri. Ini pun bisa membuat penghasilan Petani bisa bertambah dan bisa menjadi lebih sejahtera. (Fernando Rumetor/Marsel Tumbelaka/Mg-03)

  • Bisa Menjadi Pillihan Bisnis Warga Sulut, Budi Daya Bunga Miliki Nilai Ekonomis Tinggi

    Bisa Menjadi Pillihan Bisnis Warga Sulut, Budi Daya Bunga Miliki Nilai Ekonomis Tinggi

    MANADO— Terdapat beragam jenis bunga yang diperjualbelikan dan dilakukan pembudidayaan di Sulut. Diantaranya bunga Gerbera atau Hebras, Gladiol serta yang tengah menjadi primadona saat ini yakni Bunga Seruni atau yang lebih dikenal dengan nama Krisan.

    Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) Sulut, Steivie Karouw mengatakan, di Sulut memang memiliki banyak jenis bunga dan masuk ke dalam produk florikultura (Salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan prospek yang sangat cerah sebagai komoditas unggulan ekspor maupun pemasaran dalam negeri) unggulan.

    “Sekarang florikultura di Tomohon berkembang karena untuk pasar lokal sering dipakai di beberapa acara seperti acara suka maupun duka seperti pesta maupun di duka yang sekarang sudah banyak memakai bunga, serta dipakai juga di gereja,” ujar Karouw kepada wartawan KORAN SINDO MANADO/SINDOMANADO.COM, akhir pekan lalu. Lanjut dikatakan Karouw, saat awal mula pandemi Covid-19 melanda Sulut, banyak Florist atau penjual bunga yang mengalami banyak kerugian karena gereja-gereja tidak melaksanakan ibadah dan tak membeli bunga dari para penjual. “Tetapi sekarang sudah mulai membaik. Malahan suplai bunga masih kurang, sehingga masih ada peluang pengembangan bunga,” tandasnya.

    Oleh sebab itu, kata Karouw, prospek budi daya bunga di Sulut sangatlah terbuka luas dan cukup memiliki nilai ekonomi, sehingga bisa dijadikan salah satu usaha oleh masyarakat. Adapun, salah satu jenis bunga yang tengah digemari dan dicanangkan sebagai produk ekspor ke luar negeri seperti Jepang adalah bunga Krisan.

    “Bunga Krisan ada peluang ekspor ke Jepang karena adanya penerbangan langsung dari Manado ke Narita satu minggu satu kali itu. Nah ada kargo 10 ton per minggu. Kalau permintaan dari Jepang itu memang bawang merah dengan bunga Krisan ini,” papar Karouw.

    Di Tomohon sendiri, bunga Krisan telah banyak dibudidayakan oleh petani lokal dan meramaikan pasar domestik. Tomohon dikenal sebagai salah satu sentra penghasil bunga Krisan terbesar di Indonesia setelah Pulau Jawa. Secara kualitas, sudah tak perlu diragukan lagi karena telah lama dan banyak meramaikan pasar nasional.

    Selain bunga Krisan, bunga Gladiol dan Gerbera atau Hebras juga cukup banyak ditemui dipenjual yang ada di Tomohon. Bunga Gladiol di produksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi dan memiliki nilai estetika. Sebagai bunga potong, Gladiol sering digunakan di acara keagamaan, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya.

    Sementara untuk bunga Gerbera, sering dijadikan sebagai bunga potong, dan dapat bertahan sampai tiga minggu. Bunga Gerbera ini juga memiliki manfaat sebagai salah satu penghasil minyak atsiri untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industri minyak wangi, sabun hingga kosmetik.

    Secara umum, menurut penyuluh senior BPTP Balitbangtan Sulut, Louise Matindas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan setiap bunga-bunga. Antara lain adalah iklim, lalu media tanam yang berhubungan dengan jenis tanah, serta ketinggian tempat budi daya dilakukan.  “Untuk Gladiol, budidaya dimulai dari tahap pembibitan mulai dari penyiapan benih, teknik penyemaian benih, pemeliharaan pembibitan atau penyemaian, hingga pemindahan bibit untuk ditanam di media tanah yang sebelumnya telah di ukur pH tanahnya agar sesuai. Untuk pengolahan media tanam sendiri mulai dari persiapan, pembukaan lahan, pembentukan bedengan, pengapuran dan pemupukan,” jelasnya.

    Untuk teknik penanaman Gladiol sendiri, beber Matindas, dimulai dari penentuan pola tana, pembuatan lubang tanam, kemudian cara menanam yang benar, serta pemberian air. Selanjutnya untuk pemeliharaan, dilakukan penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan dan penyiraman serta waktu penyemprotan pestisida pun harus diperhatikan.

    “Kalau untuk Gerbera, penentuan pola tanam serta cara penanaman harus diperhatikan. Juga pemeliharaan tanaman seperti penjarangan atau penyulaman, penyiangan, perempalan, pemupukan, serta pengairan dan penyiraman,” ungkapnya. Yang perlu diperhatikan juga dalam perawatan bunga-bunga adalah hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Untuk Gladiol terdapat beberapa hama seperti thrips gladiol, kutu putih dan ulat pemakan daun. Sementara untuk Gerbera, terdapat hama seperti ulat daun dan belalang.

    “Penyakit yang bisa menyerang bunga Gladiol seperti layu fusarium atau penyakit busuk kering fusarium, busuk kering, busuk keras, busuk kubang atau busuk kapang biru serta hawar bakteri. Kemudian untuk Gerbera, beberapa penyakit yang bisa timbul seperti bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora gerberae Chuup et Viegas, penyakit kapang kelabu, serta penyakit tepung,” imbuhnya.

    Selain itu, hal yang patut diketahui ialah terkait masa panen yang berhubungan dengan ciri dan umur panen, cara panen, serta periode panen. “Untuk Gladiol, budidaya dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen bunga dapat dilakukan setiap minggu. Untuk Gerbera, pemanenan dilakukan saat umur 6-8 bulan setelah bibit asal dari biji, atau 3-5 bulan bila bibitnya berasal dari anakan.

    Setelah panen kemudian yang perlu dilihat adalah pasca panen yang terdiri dari pengumpulan, penyortiran dan penggolongan, penyimpanan, serta pengemasan dan pengangkutannya. (Fernando Rumetor)