“Tapi kondisi di lapangan tidak seperti itu. Banyak kumtua mengaku sangat mudah menyusun pertanggungjawaban dan perencanaan karena dibantu tenaga pendamping desa. Itu tujuannya jadi terbalik, karena keberadaan tenaga pendamping desa untuk membantu pemerintah desa supaya mandiri dalam pengelolaan dandes tersebut,” beber Manueke.
Dia menuturkan, guna memaksimalkan penggunaan dandes agar terarah dan bermanfaat, ada Program Inovasi Desa (PID) yang tujuannya untuk menstimulus dalam suksesnya infrastruktur di desa. Menurutnya, banyak realisasi pembangunan lewat dandes tidak maksimal, karena banyak warga desa tidak mau terlibat dalam proses perencanaan pembangunan di tingkat desa tersebut.
“Nanti juga akan diusulkan ada tenaga ahli desa yang tugasnya sebagai pendamping untuk mengkaji pembangunan yang sifatnya strategis atau di luar kemampuan para pendamping saat ini. Seperti halnya, jika membangun infrastruktur jembatan dan sebagainya. Intinya, realisasi dandes sangat bermanfaat karena banyak desa juga mulai terlihat pembangunan yang positif yang juga ada program pemberdayaan masyarakat,” tukasnya.
Direktur Eksekutif Tumbelaka Academy Centre (TAC) Taufik Tumbelaka menambahkan, desa itu merupakan masa depan Indonesia. Artinya, potensi di setiap desa jika dikembangkan manfaatnya sangat besar, terutama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tinggalkan Balasan