AMURANG — Seorang pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Amurang Timur menjadi korban penganiayaan yang videonya viral di media sosial.

Dalam video itu, tampak korban MCL alias Mel dianiaya secara bersama-sama oleh beberapa tersangka.

Frangky Lempoy, orang tua korban mengaku akan melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. “Kejadian ini terjadi kemarin siang. Saya sangat keberatan karena anak saya tidak pernah bersinggungan dengan anak-anak itu. Jadi, saya akan bawa ini ke kepolisian. Mereka siswi yang perlu diperhatikan dan diberikan pelajaran hukum,” ungkap Lempoy, ditemui sedang menjaga putrinya di Klinik Bala Keselamatan Amurang, Rabu (9/1/2019)

Korban sendiri mengaku dirinya tidak mengenal para pelaku yang menganiayanya. “Saat itu saya pulang dengan teman-teman kemudian mereka menghadang dan mengajak kami ke ladang jagung di depan PLN Lopana. Saya tidak pernah ada masalah dengan mereka. Tiba-tiba mereka mendorong dan memukul saya secara bergantian. Kata mereka saya membully mereka di medsos padahal tidak pernah,” ujar korban.

Menurut keterangan korban, ada sekira enam siswi yang melakukan penganiayaan terhadapnya. “Beberapa saya kenal tapi yang memulai dan mengkomando untuk memukul tidak saya kenal. Yang saya tahu mereka itu satu geng,” bebernya.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Minsel Fietber Raco menyayangkan kasus ini. “Ini memang sangat tidak seharusnya terjadi. Untuk sekolah-sekolah yang terindikasi tentunya akan diberikan teguran. Untuk kasus ini, pihak sekolah juga menyerahkan sepenuhnya ke pihak berwajib untuk proses hukum yang terjadi,” kata Raco.

Kasat Reskrim Polres Minsel AKP Arie Prakoso saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya saat ini sementara mengumpulkan bukti dan keterangan para pelaku. “Orang tua korban telah melaporkan kasus tersebut dan korban juga sudah diambil keterangannya setelah dirawat. Untuk para pelaku sudah diamankan untuk diambil keterangannya. Dan informasi didapat memang mereka juga sudah sempat tersangkut kasus serupa di Tumpaan. Diharapkan orangtua dan para pendidik untuk bisa memperhatikan kembali mereka agar tidak melakukan kejadian serupa di kemudian hari,” pungkasnya. (jivlater langi/kimgerry)