MANADO-Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendorong pemerintah daerah (pemda) di kabupaten dan kota untuk memperkuat pelatihan evakuasi bagi masyarakat saat menghadapi ancaman bencana seperti tsunami. Penting itu diseriusi, karena mengingat banyak wilayah pemukiman warga terletak di pesisir pantai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Joy Oroh mengatakan, sosialisasi dan pelatihan mesti digalakan secara rutin bagi masyarakat yang tinggal di area rawan bencana seperti tsunami dan gunung berapi.
“Kita sudah ingatkan kembali ke BPBD di kabupaten dan kota untuk kembali melakukan sosialisi dan pelatihan,” kata Oroh, Seninn (8/7/2019).
Dia menyebut, pemda di kabupaten/kota yang mempunyai wilayah rawan sudah sebelumnya merancang jalur evakuasi khusus bagi warga yang bermukim di dekat lokasi bencana.
“Contoh ada desa atau kelurahan yang berpotensi terdampak bencana, jalur evakuasinya sudah ada. Kalau ancaman tsunami, jalurnya ke tempat di ketinggian. Begitu juga jika letusan gunung berapi, sudah ada jalan menyelematkan diri bagi warga,” ungkapnya.
Meski begitu, Oroh menyebut, kesiapan dan ketenangan masyarakat sendiri saat menghadapi ancaman bencana yang perlu diperhatikan serius. Dia mengaku, pihaknya akan menggilir sejumlah daerah untuk pelatihan evakuasi bersama dengan melibatkan semua instansi dan stakeholder terkait.
“Kita akan gilir kembali. Mungkin di mulai dari Manado dengan berkoordinasi bersama BPBD setempat. Karena pusat ibu kota provinsi ini, banyak mempunyai pusat perbelanjaan di pesisir pantai,” ketusnya.
Oroh mengatakan, pemerintah Jepang meski sudah diperlengkapi dengan peralatan yang modern soal antisipasi bencana, tetapi pelatihan evakuasi menyelematkan diri terus dilakukan secara rutin.
“Kita harus latih warga agar terbiasa dan tahu apa yang dilakukan saat ancaman bencana datang. Apalagi di Sulut yang memang terletak di geografis wilayah yang rentan bencana. Ini tujuannya untuk menghindari korban jika ada bencana,” tandasnya.
Sementar itu, Gubernur Olly Dondokambey mengatakan, Sulut mempunyai alat pendeteksi tsunami yang berfungsi terpasang di sejumlah titik. “Kita ada alatnya. Ini memang sangat penting, agar supaya jika terjadi gempa dan muncul potensi tsunami, alat tersebut akan berbunyi untuk memberikan peringatan bagi masyarakat agar mengungsi,” tuturnya.
Hal itu dibenarkan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado, Edward Henry Mengko. Dia mengaku saat ini Sulut mempunyai seismograf dan tide gauge.
“Kalau seismograf kita punya enam. Kita akan bangun lagi satu di Bolmong Selatan tahun ini. Kalau di Sulut, sudah terpasang di Manado, Tondano, Dumoga, Naha, Siau dan Melonguane,” urainya.
Kalau tide gauge, kata Edward, ada sekira empat milik BMKG yang terpasang di Manado, Bitung, Tahuna dan Melonguane. “Peralatan itu dipasang di wilayah yang rentan ancaman bencana tsunami. Itu salah satu upaya agar masyarakat dapat cepat menyelamatkan diri jika alat tersebut memberi sinyal,” tandasnya. (rivco tololiu)
Tinggalkan Balasan