MANADO– Stand DPR-RI menampilkan sesuatu yang berbeda di panggung Legislative Sulutgo Expo 2020 hari terakhir dengan melakukan simulasi Rapat Paripurna, Jumat (6/3/2020).

Dalam simulasi yang dilakukan oleh staf DPR-RI, para peserta yang mayoritas mahasiswa berbagai universitas serta pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), tampak antusias melakukan simulasi.

Adapun, para mahasiswa dan pelajar dibagi dalam beberapa fraksi yang dinamakan dengan nama-nama daerah yang ada di Minahasa. Seperti, Fraksi Tonsea, Tomtemboan, Toulour, Tonsawang, serta Tombulu. Ada juga yang menjadi pemerintah maupun Wpakil Ketua DPR-RI dalam simulasi.

Salah satu mahasiswa yang ikut dalam simulasi, Christy Tjipto mengatakan, ia merasa senang dengan simulasi yang dilakukan ini. “Jadi tahu bagaimana caranya kalau mau melakukan interupsi, menyampaikan pendapat dalam sidang,” ujar Christy di Manado Town Square (Mantos) 3.

Sementara itu, menurut Zoel A. Iskandar selaku Pranata Humas Sekretariat Jenderal DPR-RI, kegiatan yang dilaksanakan ini bertujuan agar para mahasiswa, pelajar, maupun masyarakat umum yang menyaksikan dapat tahu bagaimana mekanisme dalam suatu pengambilan keputusan itu dijalankan. “Ternyata tidak semudah yang dibayangkan, tidak bisa seinstan yang dibayangkan, tadi perdebatannya luar biasa dari para peserta,” jelasnya.

Dia juga memimpin serta mengarahkan jalannya simulasi mengapresiasi antusiasme para peserta dalam simulasi kali ini. “Beberapa poin RUU yang dibahas di sini ternyata berbeda dengan pendapat masyarakat. Contohnya, di masyarakat menolak isu aborsi korban perkosaan tapi di sini disahkan. Artinya ketika masyarakat melihat lebih jernih dan kritis terhadap isu yang ada, nyatanya berbeda dengan isu yang ada di media massa,” paparnya.

Dari pengamatan SINDOMANADO.COM, memang terlihat para peserta bersemangat dalam mengemukakan pendapatnya terkait poin-poin yang dibahas dalam simulasi yakni mengenai RUU KUHP. Seperti isu pemidanaan terhadap pemilik yang membiarkan hewan ternaknya menggangu di jalan umum; Pemidanaan terhadap orang yang bergelandangan dan mengganggu ketertiban umum; serta tidak dilakukannya pemidanaan terhadap dokter yang melakukan aborsi pada korban pemerkosaan.

Zoel sendiri mengharapkan ke depannya ketika DPR-RI mengadakan lagi simulasi dapat mendapatkan waktu yang lebih lama. “Supaya bisa sampai pada tahap voting juga, agar mahasiswa juga bisa merasakannya,” tutupnya.

Di akhir acara sendiri, Zoel menyerahkan bingkisan kepada para peserta yang dianggap paling bagus dalam jalannya simulasi rapat paripurna kali ini. (Fernando Rumetor/tr-02)