TOMOHON – Sekira dua bulan sudah masyarakat diajak untuk menjalankan kebiasaan baru dalam beraktivitas, yakni pola hidup baru pascadunia dihantam pandemi Covid-19. Hal kecil yang dimaknai sebagai salah satu langkah antisipasi diri untuk bisa terhindar dari Covid-19 yakni dengan rajin mencuci tangan, menggunakan masker hingga menjaga jarak sosial dan fisik.
Seiring berjalan, mulai terasa akan perbedaan dalam budaya hidup. Di Kota Tomohon, buntut dari kampanye terus-menerus dari pemerintah dan stakeholder yang ada, langkah kecil ini mulai terbiasa dilakukan. Seperti aktivitas di Pasar Beriman Tomohon yang diwajibkan setiap orang untuk menggunakan masker dan penyediaan tempat cuci tangan . “Awalnya masih sekadar cuek dengan penggunaan masker tetapi karena sudah diwajibkan untuk beraktivitas di pasar menggunakan masker, mau tidak mau harus ikut,” jelas Ronny, pria paruh baya yang banyak beraktivitas di Pasar Tomohon.
Selaku pemerintah, sejak awal ditetapkan ini sebagai pandemi gencar memberikan edukasi bagi masyarakat. “Tentunya melihat situasi yang ada kita belum bisa mengetahui sampai kapan wabah ini akan berakhir, salah satu langkah yang ada seturut dengan garis koordinasi dari pusat hingga daerah yaitu menerapkan penggunaan masker, menyediakan tempat cuci tangan hingga imbauan menjaga social dan phisycal distancing. Dengan ini kita bisa beradaptasi dengan situasi pandemi ini,” jelas Sekretaris Kota Tomohon Harol Lolowang saat diwawancarai KORAN SINDO MANADO/SINDOMANADO.COM, Senin (18/5/2020).
Melihat masih ada segelintir orang yang belum sepenuhnya mematuhi, diakuinya ini sebagai satu proses penyesuaian. “Ada perubahan paradigma sehubungan dengan situasi, karena ini terjadi di seluruh dunia bukan hanya Tomohon. Maka dari kami berusaha terus menerus memberikan pemahaman bagi masyarakat,” lanjut Lolowang.
Sementara itu, Ketua Tim Relawan Covid-19 Tomohon dr Olga Karinda menuturkan, situasi saat ini perlu disadari oleh masyarakat. “Melalui Maklumat Wali Kota hingga Maklumat Kapolri ini untuk menekankan pengaturan ini untuk kebaikan bersama. Pengaturan ini juga ditujukan untuk kepentingan bersama, Tinggal bagaimana masyarakat bisa siap menerima pola hidup baru ini,” tegas Karinda.
Menanggapi kesiapan masyarakat yang memiliki cara pandang berbeda-beda, Psikolog asal Kota Bunga Jenniver Mantow menuturkan, terdapat tiga adaptasi yang perlu dilakukan untuk menghadapi situasi new normal (Normal baru). “Pertama adaptasi perilaku, cukup jelas tindakan yang dilakukan dalam upaya menyesuaikan diri saat ada perubahan. Sesuai dengan kondisi saat ini ingat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kedua adaptasi siasat merupakan perilaku untuk menyiasati perubahan, mencari solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul. Kemudian adaptasi proses berkaitan dengan upaya mendapatkan sumber daya dalam upaya survival,” urai wanita berusia 35 tahun ini.
Meskipun dalam keberagaman masyarakat, ada optimisme yang muncul dilihat dari kesadaran masing-masing. “Setiap orang kemampuan beradaptasinya beda-beda, ada yangg cepat, ada yang butuh waktu lebih lama. Orang yang memiliki resiliensi atau daya juang biasanya lebih tahan banting saat harus keluar dari zona nyaman,” tukas psikolog yang tergabung dalam Relawan Sejiwa ini. (Wailan Montong)
Tinggalkan Balasan