MANADO- Hingga saat ini, yang menjadi kendala utama dalam pemeriksaan sampel swab bagi pasien dalam pengawasan (PDP), maupun orang yang hasil rapid testnya reaktif di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), karena menumpuknya sampel swab yang harus diperiksa di laboratorium (Lab) polymerase chain reaction (PCR) yang ada di Sulut. Karena itu, yang dibutuhkan adalah relawan dengan kualifikasi khusus dan tambahan alat PCR.

Seperti di laboratorium (Lab) Balai Teknik Kesehatan Lingkungan-Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas 1 Manado, misalnya. Hingga saat ini masih terdapat 1.133 sampel yang dalam antrean pemeriksaan, dan 1.236 sampel yang belum diproses.

Menurut Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, dari sampel-sampel yang masih menunggu antrean tersebut, 700 sampel diantaranya telah dikirim untuk diperiksa di Jakarta, serta 500 sampel dikirim untuk diperiksa di Makassar.
“Jadi ada dua daerah kita kirimkan sampel, untuk mengimbangi kecepatan pengambilan sampel swab oleh teman-teman petugas surveilans di lapangan,” ujarnya saat konferensi video bersama wartawan, Senin (22/6/2020).

Lanjut Dandel, selain mengirimkan sampel swab keluar daerah, pihaknya juga telah mengupayakan berbagai hal, seperti menambah tenaga pemeriksa sampel di BTKL-PP Manado sebanyak tiga orang untuk mempercepat pemeriksaan sampel swab yang ada.

“Kemungkinan besar, besok (Hari ini) juga kita akan tambah tiga orang, sehingga kemudian bisa ada full cycle pemeriksaan (sampel swab) ini,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkesda Sulut itu.
Terkait tenaga relawan pemeriksaan sampel tersebut, dikatakan Dandel, saat ini jumlahnya terbilang sedikit, sebab relawan tersebut harus memiliki kualifikasi khusus. “Relawan dengan kualifikasi spesifik tidak banyak yang tersedia,” tukasnya.

Selain itu juga, pada Senin sore, kata Dandel, Pemprov Sulut telah melakukan konferensi video dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dimana hasilnya mulai besok hari BNPB akan mengirimkan tambahan alat PCR ke Sulut.
“Dan alat penunjang lainnya seperti biosafety cabinet dan lain sebagainya, untuk menambah kapasitas PCR di Sulut. Kita berharap dengan adanya bantuan BNPB ini, kapasitas (pemeriksaan) bisa kita tingkatkan secepat mungkin, sambil menunggu dua Lab lainnya beroperasi,” beber Dandel.

Adapun, dua lab yang dimaksud yakni lab PCR milik Universitas Sam Ratulangi yang masih dalam tahap persiapan, maupun Lab PCR di RSUP Prof Kandou yang saat ini terdapat kendala dalam alat PCR-nya.

“(Lab PCR) di RSUP Prof Kandou ini ada kendala teknis sekali terkait alat PCR mereka itu harus diperbaiki karena terjadi kerusakan, dan memang orang yang mampu memperbaiki itu hanya bisa didatangkan dari Jakarta,” imbuhnya.

Sementara itu, menurut Kepala Biro (Karo) Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setdaprov Sulut, Jemmy Kumendong, apabila sudah ada perkembangan terbaru dari kedua lab PCR tersebut, akan segera disampaikan.

“Kita menunggu sampai (Lab PCR) itu siap, karena soal siap dan tidaknya sangat teknis, tidak bisa dipaksakan misalnya (Lab PCR) itu belum siap, kemudian kita berusaha disiapkkan,” ucap Kumendong.

Oleh sebab itu, anggota Tim Humas Gugus Tugas Covid-19 Sulut itu mengatakan, perlunya persiapan matang di kedua Lab itu, sebab Lab PCR ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan berefek terhadap banyak orang. “Jika ada kesalahan-kesalahan, tentu tidak bisa ditoleransi,” tutupnya.

Diketahui, hingga Senin kemarin, kasus positif Covid-19 di Sulut sebanyak 854 dengan rincian, 147 pasien sembuh, 69 meninggal dunia dan 638 masih dalam perawatan. Sementara, orang dalam pemantauan ada sebanyak 234 dan pasien dalam pengawasan sebanyak 293.(Fernando Rumetor)