MANADO— Dalam rangka menyambut perayaan hari ulang tahun (HUT) Kota Bitung yang ke-30, Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang berbeda dari biasanya. Selaras dengan situasi pandemi Covid-19 yang terjadi, beragam acara peringatan HUT dilaksanakan secara online dan offline dengan memperhatikan protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru.

Tema “Bersatu dalam Keberagaman” dipilih sebagai tema kegiatan di tahun ini. Sekertaris Daerah Kota Bitung, Audy Pangemanan menyampaikan bahwa tema yang dipilih merupakan refleksi dari kondisi pluralitas Kota Bitung yang dibangun dan dihuni oleh berbagai etnis yang ada, sehingga bisa dikatakan cermin keberagaman Indonesia.

“Keberagaman merupakan salah satu modal yang dimiliki oleh Kota Bitung dalam upaya membangun Kota yang berbu daya dan berdaya saing,” ujar Audy saat konferensi pers di Warkop Kemang terkait pelaksanaan FPSL 2020, Rabu (30/9/2020).

Ya, FPSL 2020 merupakan Festival tahunan Kota Bitung yang juga termasuk dalam 100 calender of event Kemenparkeraf RI. “Ini sangat membanggakan. Ketika pandemi Covid-19 ini, kita meramu FPSL secara aman melalui online dan offline sesuai protokol kesehatan,” tukas Audy. FPSL 2020 sendiri akan diselenggarakan pada tanggal 10-17 Oktober 2020 secara virtual.

Adapun, rencana kegiatannya yakni pada tanggal 10 Oktober akan dilaksanakan live streaming Sidang Paripurna yang akan dilanjutkan dengan perhelatan Virtual Sailing Pass. Dilanjutkan 11 Oktober pelaksanaan pengucapan syukur Kota Bitung secara Virtual yang akan menayangkan suasana kekhusukan pengucapan di 69 kelurahan se-Kota Bitung.
Kemudian, 12-16 Oktober akan dilaksanakan beragam pelatihan bagi para pelaku industri pariwisata yakni pelatihan tata kelola destinasi wisata, pelatihan tata kelola homestay, pelatihan pengembangan destinasi wisata kuliner dan kegiatan BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) Pariwisata. Seluruh kegiatan pelatihan dilaksanakan dengan kerjasama Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara dan Kemenparkeraf RI.

Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Kota Bitung, Pingkan Kapoh mengatakan bahwa kegiatan FPSL 2020 merupakan sebuah momentum untuk mengimplementasikan protokol kesehatan sektor pariwisata dan upaya untuk menata ulang industri pariwisata dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru.

“Memang agak berbeda dari tahun sebelumnya. Tapi kami tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19. Jadi mungkin biasanya dilihat secara langsung oleh banyak orang, tetapi sekarang secara virtual,” tandasnya seraya menambahkan bahwa kegiatan FPSL 2020 ini akan menjadi standarisasi bagi event yang menggunakan protokol kesehatan.

Puncak acara peringatan HUT Kota Bitung sekaligus penutupan rangkaian kegiatan FPSL 2020 adalah pertunjukan drama Musikal Negeri Bitung. Dimana drama Musikal Negeri Bitung ini merupakan sebuah pertunjukan teater musikal yang diproduksi oleh komunitas kreatif NCCL. Pertunjukan ini memotret sebuah diorama rentang perjalanan sejarah masyarakat Minahasa hingga cikal bakal terbentuknya Negeri Bitung.

Pertunjukan Musikal Negeri Bitung diproduksi secara kolektif dengan melibatkan lebih dari 56 pelaku seni se-Sulawesi Utara dengan diarahkan oleh tokoh budayawan Minahasa seperti Boetje Moningka, Erik Dajoh, Denny Pinontoan, Fredy Wowor, Khouni Lomban Rawung, Rinto Taroreh, Andre Lengkong dan Bode Talumewo. MUSIKAL ini disutradarai oleh sutradara muda Kota Bitung, Eirine Debora yang berkolaborasi dengan penata musik Jacquard Lawalata; Orkestrasi Riedels Sagai; Penata Vokal, Meidi Sasambe; Penata Gambar Micky Sambuaga; Penyusun sumber Charles Somba.

Creative Producer dan Penulis Naskah Musikal Negeri Bitung, Satria Yanuar Akbar menyebut bahwa Musikal Negeri Bitung akan disiarkan secara perdana pada 17 Oktober 2020. Pementasan sendiri, kata Satria, dilakukan di Stadion Dua Saudara Kota Bitung dengan undangan terbatas. “Tetapi seluruh warga masyarakat dapat menyaksikan secara virtual melalui social media Pemkot Bitung. Jadi live lewat Facebook maupun Youtube,” bebernya.

Diungkapkan Satria, dalam pementasan ini, aka nada 26 lagu yang diciptakan dengan beragam genre dan gaya. Alat-alat yang digunakan dalam lagu ini merupakan penggabunggan hasil riset-riset tradisi purba minahasa, sampai music rock dan jazz kekinian. “Juga music-musik alkulturasi yang kita dapatkan dari unsur-unsur fado portugis, unsur belanda yang masuk, choir dan lain sebagainya,” jelas Satria.
“Musikal Negeri Bitung akan menampilkan cuplikan dari momentum sejarah masyarakat Minahasa hingga akhirnya menjadi Negeri Bitung,” kuncinya. (Fernando Rumetor)