MINAHASA-Siang itu hari cerah. Hanya sedikit awan sesekali menghalang sinar terik matahari. Perahu berukuran sedang terparkir menanti beberapa penyelam menuju spot selam di kawasan Pantai Desa Parentek, Kecamatan Lembean Timur Kabupaten Minahasa.

Beranjak dari vila kecil tepat dibibir pantai. Vila yang didesain menarik membuat enggan untuk beranjak.
Namun kami harus secepatnya berbegas sebelum datangnya sore. Spot selam berada tak jauh, hanya sekira 1 Kilo meter dengan perahu.
Patung Yesus memberkati di kedalaman 20 meter. (foto: marfel pandaleke)
Diatas perahu sembari jauh mata memandang, kawasan pesisir pantai ini dominan dengan pasir putih. Kawasan indah yang sebetulnya belum begitu dikenal banyak orang, tetapi menyimpan pesona luar biasa.
Tak sampai 20 menit, sebuah buih terikat mengapung. Ini menjadi tanda salah satu spot yang  sengaja didesain tangan manusia lewat artificial reef. Peralatan telah siap termasuk kamera pengabadi gambar. Setiap moment tak boleh terlewat.
Benar saja, disaat kami turun, sebuah patung Yesus berada dikedalaman 18 meter. Ini seolah menjadi sambutan selamat datang bagi setiap penyelam. Patung berukuran sekira 2,5 meter dengan tangan terangkat memberkati.
Sebuah konsep wisata selam bernuansa religi yang direkomendasikan untuk fundive.
Tak tahan rasanya untuk sekedar melihat. Alhasil blits dari jepretan kamera mulai beraksi. Beberapa momen indah terabadikan.Beragam gaya foto dilakoni para penyelam.
Ada yang berlutut, ada pula yang sekedar mengapung sejajar dengan patung sembari berlipat tangan. Moment ini layaknya beragam aksi para model berfoto. Rasa sumringah tak bisa disembunyikan.
Dibagian sampingnya terdapat beberapa artificial reef yang ditanam terlentang berbahan pipa plastik terbungkus lumut dan karang. Artificial ini diperkirakan berusia 2 tahunan. Keindahan menyelam di Parentek, bukan saja soal artificial reef. Beberapa titik juga dijumpai karang alami dan beragam jenis ikan. Konon katanya, jika beruntung penyelam bisa menemui beberapa jenis Hiu.
Dari cerita orang kampung, wilayah ini dulunya sedikit terisolir akibat akses jalan yang belum memadai. Perlahan, lokasi strategis akses jalan nasional di Pantai Timur Minahasa mulai dibangun. Jalan ini bahkan menjadi akses penghubung beberapa kabupaten kota.
Beruntung hari itu usai menyelam, kami bersua dengan tokoh penggagas wisata selam dikawasan pesisir Minahasa. Adalah Roger Lantang, salah satu penyelam senior yang sudah banyak menelorkan kajian ekologi kelautan. Beberapa buku tentang laut pun sudah dihasilkan. Namanya tak asing didunia selam Sulawesi Utara.
Sebagai orang asli Minahasa, dirinya menginisiasi pembuatan artificial reef dengan harapan, upaya ini bisa mendongkrak jualan pariwisata pantai di Minahasa bahkan Sulawesi Utara.
Dirinya menceritakan awal mula dirinya menginisiasi pembuatan artificial reef. Baginya Sulawesi Utara identik dengan wisata bawah laut. Seperti halnya Bunaken, beberapa spot selam diwilayah pesisir Sulut sebetulnya juga memiliki karakteristik dan keindahan tersendiri.
“Tanpa dibuat artificial juga sebetulnya sudah indah. Tetapi juga saya ingin ada keunikan tersendiri. Kalau di Bali ada pembuatan artificial reef secara besar besaran dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, disini kita sudah terlebih dahulu memulainya,” terang Roger.
Selain kawasan wisata, dirinya juga menuturkan jika kawasan ini nantinya bisa dibuat sarana edukasi, penelitian dan riset.
“Seperti yang diketahui, pemerintah kabupaten Minahasa juga sudah menjadikan kawasan pesisir pantai timur ini sebagai prioritas pengembangan pariwisata,” timpal Roger. (marfel pandaleke)