BALI – Kecerdasan buatan (AI) bisa mempermudah pekerjaan praktisi komunikasi dan juga humas dalam menjalankan pekerjaannya. Namun, adopsi AI generatif dalam indusri PR masih rendah.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengungkapkan, hanya 27 persen profesional di bidang PR yang sudah memanfaatkan teknologi AI generatif.
Padahal, kata Nezar, AI memungkinkan tim PR untuk membuat konten yang sangat relevan dan disesuaikan yang memperkuat hubungan dan keterlibatan merek.
“Menurut Global Comps Report 2024, hanya 27 persen profesional yang sering menggunakan alat AI, sementara 32 persen jarang menggunakannya, dan 33 persen mempertimbangkan untuk mulai bereksperimen dengannya,” kata Nezar di ajang World Public Relations Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, Kamis (21/11/2024).
Nezar menegaskan, data tersebut mengindikasikan adanya kebutuhan akan peningkatan pelatihan dan pendidikan untuk menjembatani kesenjangan ini.
Kata dia, dari semua sektor pekerjaan yang telah terpengaruh oleh kemunculan AI, pekerjaan di sektor informasi dan komunikasi merupakan salah satu dari sedikit pekerjaan yang dibantu oleh AI.
Di sisi lain, ungkap Nezar, AI juga menghadirkan tantangan tersendiri seperti dampaknya terhadap kepercayaan publik. Sistem AI yang bias dapat menyebabkan analisis sentimen yang miring dan kesalahan representasi dari berbagai kelompok, yang merusak kepercayaan publik.
“Bias ini dapat mengakibatkan komunikasi yang tidak adil atau tidak akurat. Untuk mengatasi hal ini, sangat penting untuk menggunakan data pelatihan yang beragam, melakukan pembaruan bias secara teratur, dan memasukkan pengawasan manusia dalam proses yang digerakkan oleh AI,” tambah Nezar.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah kesiapan regulasi untuk memastikan bahwa sistem AI selaras dengan standar internasional untuk menjaga privasi data dan mencegah bias.
Selain itu, harus diwaspadai pentingnya penggunaan AI yang etis di berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan keuangan.
“Pendekatan Indonesia menggabungkan strategi horizontal dan praktis untuk memastikan bahwa pengetahuan dalam proses produksi, pembuatan kebijakan, dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh semua pihak. Hal ini sangat penting untuk mengatasi tantangan dan memastikan bahwa pengembangan AI bersifat inklusif, etis, dan bermanfaat bagi semua,” lanjut Nezar.
SVP Head of Corporate Communications PT Indosat Tbk Steve Saerang menambahkan, kecerdasan buatan bisa membantu pekerjaan manusia dalam memecahkan masalah. Selain itu, manusia bisa memanfaatkan AI untuk melakukan berbagai macam pekerjaan (multitasking).
“Lalu muncul pertanyaan apakah AI akan menggantikan manusia? Pada dasarnya AI tidak bisa bekerja tanpa data dan data itu disiapkan oleh manusia. Jadi, AI tidak akan pernah menggantikan manusia,” jelas Steve.
Steve menegaskan, manusia akan bisa bertahan dari kemajuan teknologi seperti AI. Justru, kata Steve, AI bisa dimanfaatkan manusia untuk bisa terus bertahan. Karena itu, tidak perlu khawatir bahwa AI akan menggantikan semua pekerjaan manusia. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan