MANADO – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan pertumbuhan kredit perbankan yang rendah menjadi alasan Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI-Rate menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,25%.
“Peran kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi perlu terus ditingkatkan,” kata Perry dalam RDG Bank Indonesia Mei 2025, secara virtual, Rabu (21/5/2025).
Bank Indonesia mencatat, kinerja kredit perbankan pada April 2025 tumbuh sebesar 8,88% (yoy), lebih rendah dari 9,16% (yoy) pada Maret 2025.
Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit oleh bank (lending standard) masih baik, terutama pada sektor pertanian, LGA (Listrik, Gas, dan Air), dan jasa sosial.
Kemudian, kondisi likuiditas perbankan secara umum masih memadai, namun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat dari 5,51%(yoy) pada awal Januari 2025 menjadi 4,55%(yoy) pada April 2025.
“Kondisi ini mendorong persaingan dalam pendanaan antar bank dan perlunya memperluas sumber pendanaan lainnya di luar DPK,” ujarnya.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit terutama dikontribusikan oleh sektor industri, pengangkutan, dan jasa sosial, sedangkan kontribusi pertumbuhan kredit sektor konstruksi dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya masih terbatas.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 4,62% (yoy), 15,86% (yoy), dan 8,97% (yoy). Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,85% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,60% (yoy).
Lebih lanjut, kondisi likuiditas perbankan tetap memadai, permodalan masih tinggi, serta risiko kredit rendah. Likuiditas perbankan memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang stabil sebesar 25,23% pada April 2025.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Maret 2025 sebesar 25,38% sehingga masih mampu untuk menyerap risiko.
“Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan tercatat rendah, sebesar 2,17% (bruto) dan 0,80% (neto) pada Maret 2025,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, Ekonom Sulawesi Utara, Robert Winerungan menilai, penurunan BI rate pertanda akan memacu pertumbuhan ekonomi yang dilakukan melalui kebijakan moneter.
“Kebijakan moneter ekspansi ini merupakan kebijakan untuk menambah jumlah uang yg beredar dgn cara menurunkan tingkat suku bunga. Penurunan BI rate bertujuan untuk menurunkan suku bunga kredit,” jelasnya, Rabu (21/5/2025).
Dikatakannya, suku bunga kredit yang turun berarti biaya modal menjadi rendah dan biaya produksi barang dan jasa diharapkan akan menjadi murah. “Ini akan memacu peningkatan daya beli masyarakat,” tuturnya.
Dosen di Universitas Negeri Manado ini pun berharap agar BI rate bisa turun lagi, yang berdampak pada suku bunga kredit yang akan ikut turun.
“Suku bunga kredit akan memacu pertumbuhan kredit termasuk kredit modal kerja, berarti akan memacu penambahan produksi barang atau jasa,” bebernya.
“Suku bunga turun investasi akan meningkat, lapangan kerja akan meningkat,” ungkap Winerungan.
“Singkatnya suku bunga turun memacu masyarakat untuk meminjam uang dalam rangka meningkatkan modal usaha atau membuka usaha seperti umkm, peternakan dan lain-lain,” pungkasnya. (nando)
Tinggalkan Balasan