RATAHAN– Sejumlah monumen bersejarah di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) didapati terabaikan dan kurangnya perhatian pemerintah. Seperti halnya Monumen Ayam Jantan dan Patung Dotu Maringka di pusat ibu kota Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Ratahan.
Kondisi tersebut kemudian membuat sejumlah warga melakukan inisiasi untuk melakukan perawatan dengan berpatungan biaya. Para warga ini adalah pihak Keluarga Maringka yang tak lain adalah cucu dan buyut Dotu Maringka.
Konon, Dotu Maringka adalah tokoh perintis berdirinya Kota Ratahan. Situs sejarah ini menjadi ikon penting masyarakat dan terletak tepat di pusat Keramaian Kota Ratahan.
“Atas inisiasi keluarga, kami dari cucu dan buyut Dotu Maringka berpatungan untuk melakukan perawatan berupa pengecetan agar terlihat lebih bagus dan menarik,” ujar pihak Keluarga Maringka yang diwakili oleh Frestus Maringka, Karyani Kolinug, Theo Maringka dan Merti Maringka, Rabu (26/5/2020).
Bagi mereka, monumen berupa Patung Dotu Maringka menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Leluhur mereka adalah perintis lahirnya pemukiman Ratahan yang kini jadi ibu kota Kabupaten Mitra.
Menariknya, para cucu dan buyut Dotu Maringka ini ternyata ikut mewarisi naluri kepemimpinan leluhurnya. Beberapa diantara cucu dan buyut dipercayakan sebagai hukum tua di sejumlah desa di Mitra seperti halnya Frestus Maringka (Hukum Tua Makalu) Karyani Kolinug (Hukum Tua Wioi Satu), Theo Maringka (Tatengesan Satu).
Sementara itu, Alex Jangin yang juga dari pihak Keluarga Maringka mengungkapkan, pemerintah kabupaten melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mitra, harus punya kepedulian untuk merawat dan melestarikan setiap situs atau monumen bersejarah.
“Monumen sejarah ini ada di tengah Kota Ratahan. Sementara kondisinya memprihatinkan. Ya kalau di tengah kota saja terabaikan, bagaimana dengan situs lainnya yang belum terekspos atau belum diketahui banyak orang,” ujar Alex.
Sejarah hadirnya monumen berupa Tugu Ayam Jantan dan Patung Maringka di Kota Ratahan adalah cerita asal usul lahirnya pemukiman pertama suku Pasan. Dijelaskan Jangin, Empat patung yang berdiri kokoh adalah para dotu atau disebut Kepala Walak, diantaranya Rulan Maringka, Rantung Kamas Maringka, Rotulung Maringka, Danel Maringka. “Monumen ini dibuat dimasa Gubernur
Victor Worang di Tahun 1967-1978. Tujuannya menjadi peringatan bersejarah lahirnya kota Ratahan. Sementara ikon Ayam Jantan sendiri adalah asal-usul munculnya nama Ratahan. Berawal dari ayam berkokok dan terdengar Natataan. Selanjutnya disempurnakan menjadi Nataan dan kemudian Ratahan,” terangnya. (Marvel Pandaleke)
Tinggalkan Balasan