Taufiq Pasiak

Andai saya meminta Anda menggambarkan perilaku seseorang yang Anda kenal, maka bagaimanakah Anda menggambarkannya? Sebagian besar orang memilih—tentu secara tak sadar—untuk menceritakan sisi buruk seseorang lebih dulu lalu sisi baik. Terhadap orang yang dekat dan baik bagi Andapun tetap selalu tersedia sisi buruk untuk diceritakan. Sisi buruk selalu terasa menarik dan memiliki daya gugah ketimbang sisi baik. Demikian halnya dengan berita buruk perihal seseorang. Kita lebih mudah terpengaruh oleh cerita buruk ketimbang cerita baik. Sebuah cerita buruk bisa mengalahkan puluhan kisah baik dari seseorang. Kisah dan cerita buruk seperti memiliki daya magis yang luar. Betullah pernyataan peribahasa: ‘panas setahun dihapus hujan sehari”. Tak usah heran kalau siaran-siaran gosip di media massa selalu memiliki pembaca yang cukup dan rating siaran yang prima. Anda bayangkan mana yang lebih menggugah Anda (sebagaimana pernah saya dengar dari sebuah acara gossip di televisi) : “artis X ternyata bisa menyelesaikan pendidikan dengan nilai cumlaude” atau “artis X ternyata berselingkuh dengan pejabat Y”. Kebanyakan orang tergugah dengan soal selingkuhnya ketimbang pendidikan artis X.

Kisah lainnya. Andai anak Anda membawa lembaran hasil ujiannya lalu Anda mendapati komposisi nilai sebagai berikut : nilai A ada 4 mata pelajaran, nilai B 2 mata pelajaran dan nilai D pada 1 mata pelajaran. Ke nilai manakah mata dan pikiran Anda akan tertuju? Saya yakin Anda akan mempersoalkan 1 nilai D ketimbang A nilai A. Anda fokus pada nilai yang buruk dibandingkan nilai yang bagus. Selesaikah sampai disini? Tidak. Anda akan menindaklanjuti nilai D ini. Mungkin membawanya ke tempat kursus atau mencari guru tambahan untuk memberikan les. 4 nilai A itu seolah-olah hanya semata angka biasa yang statis dan stagnan. Tidak usah ditindaklanjuti. Entah bagaimana caranya sampai buruk itu terasa lebih kuat daripada baik dalam cara dia memengaruhi pikiran kita. Hal-hal buruk tampaknya lebih terasa dalam kehidupan ini dibandingkan hal-hal baik.  Mengapa cara berpikir manusia seperti itu? Apakah cara berpikir ini juga sesuatu yang buruk bagi manusia?

 ‘Kuda binal’

Jika Anda berada pada satu jalan yang gelap, apakah Anda lebih berpikir soal bahaya dalam kegelapan atau indahnya suasana gelap? Otak manusia menyimpan struktur untuk melindungi manusia dari hal-hal buruk atau berbahaya. Hidup ini sendiri meski penuh dengan keindahan, tetapi memiliki sejuta ancaman bagi manusia. Dari ancaman sepele seperti jatuh terpeleset  atau yang buruk seperti bencana alam, ditabrak mobil atau menderita kanker stadium empat. Perlindungan otak ini harus bekerja otomatis dan refleksif. Karena jika sistem perlindungan ini bekerja atas dasar kesadaran, reflektif dan rasional-logis, maka spesis manusia akan punah dari bumi ini. Karena untuk melindungi dari sekadar jatuh terpeleset saja manusia harus berpikir keras agar ia tidak terjatuh. Padahal ancaman itu senantiasa ada setiap hari. Bayangkan bagaimana kaki dan tangan kita—tanpa perlu menganalisis lebih tajam dan penuh rincian—sesegera mungkin ditarik tatkala sebuah jarum mengenainya atau kena sundulan rokok. Perlindungan ini cukup bekerja hingga level tulang belakang. Tidak perlu sampai diotak, apalagi ke otak rasional. Fenomena perlindungan ini dikenal sebagai gerakan refleks.

Fenomena serupa reflex juga bekerja pada tingkat otak tengah untuk menantisipasi seperti contoh di atas (artis X, nilai D). Itu sebabnya, perkataan yang menusuk perasaan terasa sangat menyakitkan ketimbang pujian setinggi langit. Jangan heran jikalau Anda sudah tersinggung dengan seseorang betapa susahnya untuk merespon dengan cara baik dan bijaksana. Singgungan itu menusuk bagian otak tengah Anda yang bernama sistem limbik. Ini pusat regulasi emosi. Pusat pengaturan pelbagai hal yang dikaitkan dengan emosi, perasaan dan mood. Perilaku refleksif dimainkan mulai dari bagian ini. Bagian ini juga yang paling bertanggung-jawab ketika Anda jatuh cinta, entah itu cinta jenis kelamin (menyukai seseorang yang ingin anda miliki) atau cinta politik (menyukai seorang yang Anda pilih). Jangan heran, sekali waktu seorang kawan  pernah memberi wejangan ke saya: orang yang sudah memilih seseorang sebagai pilihan politiknya sama dan persis dengan orang yang sedang jatuh cinta. Anda tidak bisa menasehatinya atau memberinya jalan keluar dan mengajaknya berpikir. Pikiran rasional mereka sudah tumpul dan dirampas oleh bagian emosi di otaknya. Orang-orang seperti ini sudah kehilangan kemampuan membedakan baik dan buruk dari orang yang mereka cintai, yang mereka idolakan. Mereka memberhalakan orang yang mereka cintai itu (idola dari kata idol dalam bahasa Inggris yang berarti ‘berhala’).

Sistem refleks dan refleksif ini menyusun cara berpikir yang oleh Plato disebut ‘kuda binal’. Lawan kuda binal adalah ‘kurir rasional’. Psikolog lebih modern menyebutnya ‘sistem dingin’ sebagai lawan ‘sistem panas’ atau ‘sistem automatic’ VS ‘sistem reflective’ atau ‘otak manusia’ VS ‘otak simpanse’. Ilmuwan otak menyebutnya ‘cortex prefrontalis’ VS ‘sistem limbik’. Apapun istilah yang disebut oleh para ahli fenomena refleks dan refleksif itu telah membuat manusia lebih condong merespon bahaya, hal-hal buruk dan hal-hal negatif. Kabar menariknya, kehidupan manusia lebih banyak dikendalikan oleh ‘kuda binal’ ini daripada ‘kurir rasional’. Dalam batas tertentu ‘kuda binal’ ini melindungi manusia. Namun, jika ia salah kelola, maka ia akan menjadi persoalan sendiri. Salah kelola ini akan melahirkan orang-orang pesimis dengan pikiran-pikiran negatif (melihat segala hal dan orang sebagai sesuatu yang negatif saja), orang-orang yang gampang menyerah dan pasrah, dan kemungkinan besar mendasari sejumlah penyakit jiwa yang ditandai dengan perilaku kuatir berlebihan, mudah curiga dan agresif. Sifat agresif ini juga menandai mereka yang tidak sakit. Orang-orang dengan ‘kuda binal’ terlampau kuat akan tampak sebagai orang-orang agresif, menyerang dan menundukkan orang lain.

Sistem ‘kuda binal’ ini bukanlah sistem yang buruk meski ia bekerja dengan melihat hal-hal buruk dan negatif. Dalam sistem inilah energi dan daya manusia disimpan. Bayangkan bila Anda sedang jatuh cinta. Betapa berlimpahnya energi anda. Rasa cinta ini bisa membuat Anda menembus gelap malam, hujan deras, penuh bahaya, demi menjumpai kekasih Anda. Energi ini juga yang membuat Anda mati-matian membela atau mendukung seorang pemimpin yang sudah kadung dicintai atau dibenci.

‘kurir rasional’

Hidup tidak hanya ditandai dengan banyak ancaman dan tantangan, tetapi juga banyak pilihan. Hidup itu sendiri adalah pilihan. Meski ada petunjuk dari agama atau ajaran-ajaran luhur tentang bagaimana hidup yang baik, tetapi kitalah yang menentukan bagaimana kita akan hidup. Salah memilih akan berakibat fatal dalam hidup Anda. Mungkin jika hanya memilih 1 kue dari 7 kue yang dihindangkan resiko tidaklah terlampau berat. Namun, bagaimana jika berkaitan dengan pasangan yang akan Anda nikahi, sekolah yang akan Anda ikuti, rumah yang akan Anda beli dan sekian banyak pilihan yang dibentangkan di hadapan Anda. Jikalau anda menggunakan sistem kuda binal maka pilihan tidaklah terlampau sulit. ‘Kuda binal’ selalu memilih yang menyenangkan, indah dan terasa manis (seperti manisnya gula. Jangan heran gula terasa lebih nyaman dibandingkan garam). Sayangnya, pilihan manis-manis dan nyaman-nyaman ini seringkali merugikan. Terlampau emosional tidaklah baik. Pilihan yang didasari dorongan emosional sangatlah berbahaya. Cinta dan benci emosional buruk bagi kehidupan.

Menghadapi pilihan yang banyak dan serba ragam ini otak memiliki sistem ‘kurir rasional’. Kurir ini menganalis, merinci, menimbang, mencari hubungan, memastikan dan kemudian memutuskan. Kehandalan si kurir tampak dari kemampuannya menilai beragam pilihan dari pelbagai sudut pandang. Memang si kurir lebih lamban dibandingkan kuda binal. Si kurir juga perlu berusaha keras dan reflektif (bukan refleksif) sehingga ada banyak sumberdaya yang terkuras. Dalam hidup sehari-hari peranan kurir lebih sedikit dibandingkan kuda binal. Meski demikian, kurir mengarahkan hidup Anda ke arah lebih bermutu dan berdimensi jangka panjang. Mengapa Anda mau sekolah susah payah? Ini karena si kurir. Si kurirlah yang menghitung keuntungan jangka panjang dari sekolah. Mengapa Anda memilih si A jadi pimpinan Anda? Jika si kurir yang menimbang, maka pilihan kepada si A itu akan memberi keuntungan jangka panjang. Mengapa Anda berdiet? Si kurirlah yang mengarahkan agar Anda hidup sehat. Mengapa Anda berolahraga? Si kurirlah yang mengarahkan. Mengapa Anda memilih pertemanan daripada tawaran uang? Karena si kurir memberi petunjuk pada Anda bahwa berkawan akan punya keuntungan jangka panjang. Sementara duit hanya memberi kesenangan jangka pendek.

Ada kabar buruk. Tidaklah mudah melatih si kurir. Banyak orang yang menyerah. Hidup mereka menjadi sulit dan karut marut karena si kuda binal yang mengarahkan hidup mereka. Mencari keuntungan sejenak ketimbang kebahagiaan di masa depan.(*)