RATAHAN- Krisis air bersih pascakemarau panjang menjadi persoalan serius yang dirasakan sebagian besar di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra).

Menyikapi kondisi ini, berbagai upaya alternatif pun dilakukan warga tanpa sepenuhnya harus berharap dari sumber air PDAM.

Seperti halnya yang dilakukan sejumlah organisasi masyarakat di Kota Ratahan dan juga wilayah Kecamatan Ratahan Timur, Rabu (10/10/2018).

Deysi Rondunuwu, salah satu warga Kota Ratahan menututkan, sebagian warga harus mencari sumber air baru di wilayah hutan pegunungan sekitar pemukiman, untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

“Beberapa warga berswadaya kemudian bersepakat untuk mencari sumber air baru. Kami harus melakukan ini karena jika tidak, kami tidak kebagian air bersih. Padalah ini kebutuhan setiap hari,” ujar Deysi, salah satu pengurus organisasi kemasyarakatan.

Dia mengakui jika pasokan air PDAM yang selama ini diandalkan warga sebagai pemenuhan air bersih, tidak lagi bisa melayani seluruh pelanggan.

“Banyak pelanggan PDAM sudah tidak kebagian. Bisa jadi karena debit air menurun atau alasan lain. Makanya kami cari alternatif,” pungkasnya.

Upaya yang sama juga ikut dilakukan warga Desa Pangu, Kecamatan Ratahan Timur. Selama ini warga tidak menggunakan air PDAM melainkan air desa. Hanya saja pasokan air desa dirasa tidak lagi bisa diandalkan.

Banyak fasilitas yang rusak hingga debit air akibat kemarau, menjadi menurun.

“Kami juga terpaksa menggelar kerja bakti untuk mencari sumber air baru. Setelah itu membangun jaringan baru untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,” ujar Ferry Unu, salah satu warga.

Sejumlah tokoh masyarakat pun angkat bicara. Herry Hosang salah satu tokoh masyarakat Ratahan berharap, pemerintah kabupaten harus juga memprioritaskan pembangunan jaringan air bersih. Termasuk mendorong dan mengevaluasi kinerja PDAM.

“Masalah debit air akibat kemarau, memang merupakan faktor alam. Akan tetapi ini harusnya diantisipasi dan disiasati. Persoalan air bersih bukan hal baru. Jika kemudian masyarakat sudah mencari upaya sendiri, maka ini menjadi catatan bagi perusahaan daerah yang menangani masalah air bersih,” ujar Hosang.

Sementara, pihak PDAM saat dikonfirmasi beralasan jika ketersediaan air bersih memang mengalami kendala akibat berkurangnya debit air. Selain itu, beberapa jaringan air rusak akibat pengerjaan proyek pembangunan jalan dan talud penahan jalan.

“Kami sudah berupaya agar semua warga pelanggan kebagian dengan cara dibuat jadwal pembagian air. Selebihnya kami belum bisa berbuat banyak dengan kondisi dan fasilitas penunjang yang ada,” ungkap Direktur Umum PDAM Mitra Meydi Uguy. (Marvel Pandaleke/cr)