MANADO –  Neraca perdagangan Sulawesi Utara (Sulut) mengalami surplus pada Maret 2020. Ekspor nonmigas Sulut pada Maret 2020 tercatat sebesar USD79,46 juta sementara impornya senilai USD8,18 juta.

Walaupun di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini, Sulut tetap menunjukkan eksistensinya dalam melakukan ekspor, sehingga menghasilkan nilai yang baik bagi Sulut.

Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut melalui Kabag Perdagangan Luar Negeri Darwin Muksin. “Walaupun Sulut diterpa dengan pandemi Covid-19, namun Sulut tetap mempertahankan penjualan ke luar negerinya. Yang dibuktikan dengan surplusnya neraca perdagangan Sulut pada Maret 2020 dengan besar USD71,28 juta,”ucapnya kepada KORAN SINDO MANADO/SINDOMANADO.COM, Rabu (29/4/2020).

Lanjut Darwin, produk nonmigas Sulut sangat diminati luar negeri. “Dari data penerbitan SKA/COO IPSKA Sulut tercatat ada tepung kelapa yang diekspor ke 38 negara, diikuti minyak kelapa kasar, bungkil kopra, semen, bunga pala, biji pala, ikan beku, ikan kayu, ikan segar, daging buah pala kering dan ikan hias dengan nilai besaran USD44,380,450.50 dan data dari SKA Kota Bitung Januari-Maret 2020 ada USD79,702,075.32. Yang ditotal semuanya ada USD124,082,525.82,”ujarnya.

Optimisme Pemprov Sulut untuk tetap melakukan perdagangan luar negeri maupun nasional tetap dilakukan sekalipun ditengah pandemi ini, berbagai kebijakan maupun program terus diupayakan agar pertumbahan ekonomi Sulut tetap eksis sekalipun dengan banyak persoalan akibat pandemi ini.

Kepala Badan Pusat Statistik Sulut Ateng Hartono juga menuturkan, jika dibandingkan dengan Februari 2020, pada Maret 2020 ekpor mengalami peningkatan. “Februari 2020 tercatat sebesar USD58,91 juta sementara impornya senilai USD21,84 juta, namun pada Maret 2020 ekspor mengalami peningkatan dengan besaran USD79,46 juta sementara impornya senilai USD8,18 juta. Dari data ini menunjukkan bahwa ada pelemahan impor, sementara ekspor mengalami lonjakan kenaikan yang signifikan,” ucapnya.

Tambah Ateng, kontributor tertinggi pada Maret 2020 diduduki oleh komoditi lemak dan minyak hewani/nabati . “Pada Maret terjadi kenaikan share golongan ini terhadap total ekspor menjadi 45,96%, dibandingkan dengan pada bulan yang lalu yang mencapai 44,79 persen. Golongan barang tersebut pada bulan Maret diekspor keenam negara tujuan. Yaitu berturut-turut dari nilai yang tertinggi ada Amerika Serikat, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Belanda, dan Tiongkok,”ucapnya.

Jelas Ateng, nilai ekspor dari golongan barang ini mengalami kenaikan nilai FOB sebesar 38,38% dari bulan sebelumnya (m-to-m). Sedangkan untuk (y-on-y) juga mengalami kenaikan sebesar 16,12 persen. Sedangkan untuk impor Nilai impor Sulut pada Maret 2020 mengalami penurunan bila dibandingkan bulan yang lalu dengan penurunan sekitar 62,54 persen (m-to-m), hal ini sejalan bila dibandingkan dengan nilainya di Maret 2019 (y-on-y), mengalami penurunan sebesar 28,01 persen.

Pada Maret 2020, Singapura menjadi negara pemasok terbesar komoditi impor untuk Sulawesi Utara, yaitu sebesar 62,65 %. Adapun komoditas yang dibeli dari negara tersebut ada tujuh komoditi, dan yang dominan adalah bahan bakar mineral. (Clay Lalamentik)