MANADO – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPw BI Sulut) terus berperan aktif untuk menjaga stabilitas inflasi di Bumi Nyiur Melambai.
Seperti yang dilakukan di Bongkudai Baru, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), dimana Bank Indonesia menyerahkan secara simbolis sekaligus menanam 16.000 bibit cabe rawit yang diserahkan kepada Kelompok Tani (Poktan) Binaan Bank Indonesia, yakni Poktan Blessing.
Kepala Perwakilan BI Sulut Andry Prasmuko, Deputi Perwakilan BI Sulut Renold Asri, Ketua DPRD Boltim Samsudin Dama, Kepala Dinas Pertanian Boltim Sitti Aisah Bantuan dan Kepala Poktan Blessing, secara simbolis menanam bibit rica di lahan seluas 1 hektare.
“Salah satu komoditas penyumbang Inflasi di Sulut adalah cabai rawit. Pada Februari 2025, secara tahunan (yoy), komoditas ini menjadi pendorong utama inflasi di Sulawesi Utara dengan andi sebesar 0,886,” tutur Andry, Minggu (16/3/2025).
Selain itu, dirinya menyebut hasil produksi cabai dari Sulut ada juga yang dikirim ke luar daerah seperti Maluku, yang menawarkan harga jual lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan pasokan cabai perlu ditopang oleh cabai dari Gorontalo dan Sulawesi Tengah dengan harga yang relatif lebih mahal.
“Dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan, BI Sulut terus memperkuat ketersediaan pasokan komoditas pangan, terutama produk barito (bawang, rica/cabai, dan tomat), dengan mengambil langkah-langkah strategis guna meningkatkan produktivitas petani lokal di Sulut” sebutnya.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui program PATUA (Petani Unggulan Sulawesi Utara), yang mencakup pelatihan, pendampingan, serta peningkatan kapasitas dan daya saing petani Program PATUA, yang saat ini telah memasuki angkatan ke-5.
“Tujuannya adalah untuk menciptakan petani yang memiliki keterampilan unggul dalam pengelolaan lahan pertanian secara modern,” beber Andry.
Selain itu, Bank Indonesia juga mendukung pengendalian inflasi dan ketahanan pangan melalui pemberian bantuan PI-KEKDA (Program Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah) kepada petani Unggulan di Sulawesi Utara.
“Bantuan ini berupa sarana produksi pertanian untuk komoditas cabai, yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan memastikan ketersediaan pasokan cabai di pasar,” katanya.
Dengan meningkatnya produksi dan pasokan, diharapkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran dapat berkurang, sehingga membantu tercapainya keseimbangan harga.
“Bantuan PI-KEKDA Bank Indonesia juga mendukung program pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian inflasi Daerah (TPID) Sulut, khususnya dalam strategi Ketersediaan Pasokan Setelah menerima bantuan PI-KEKDA,” tuturnya.
“Kelompok petani penerima diharapkan dapat bersinergi dengan pemerintah daerah dalam upaya pengendalian inflasi, seperti melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) dan operasi pasar, serta memprioritaskan hasil panennya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di Sulawesi Utara, ” jelas Andry.
Dirinya pun menyebut Poktan Blessing merupakan alumni Program PATUA tahun 2024 yang memiliki kinerja sangat baik.
Pihaknya menilai bahwa Poktan Blessing memiliki potensi besar sebagai produsen komoditas cabai maupun hortikultura di Boltim karena posisinya juga berada di modoinding sebagai sentra sayur mayur dan juga hortikultura di wilayah Sulut.
“Di catatan kami, kelompok ini mengelolah total lahan seluas 11 hektare dengan anggota sebanyak 10 petani, “ ungkapnya.
Melihat potensi Poktan Blessing yang cukup besar untuk menjadi pemasok cabai lokal di Sulut, maka Bank Indonesia turut memberikan dukungan PI-KEKDA untuk menjaga kontinuitas dan meningkatkan produksi cabai kelompok ini.
Bantuan ini diberikan dalam bentuk sarana produksi pertanian, berupa demplot benih cabai rawit, pupuk, sarana pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT), serta alat dan mesin pertanian berupa 2 unit Cultivator, 2 unit sprayer dan 2 unit alkon.
Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan pasokan cabai serta menekan biaya pemasaran, khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dan secara lebih luas di Provinsi Sulawesi Utara.
“Sebagai tindak lanjut atas pemberian bantuan tersebut, Bank Indonesia akan tetap melakukan monitoring untuk memastikan efektivitas pemberian bantuan PI-KEKDA sebagai bahan evaluasi dan ruang perbankan kedepannya,” kuncinya. (Fernando Rumetor)
Tinggalkan Balasan