RATAHAN– Fidia Abraham (23) harus menggulung celana panjang hitam hingga setinggi lutut, sambil menenteng payung dan map bening berisi Daftar warga Pemilih. Sementara Miranda Bone (31), lebih memilih celana berbahan jeans ter-urai basah saat menyusur Banjir di Desa Buku Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara.

Fidia, wanita berjilbab coklat dengan topi hitam plus rompi hitam berlogo KPU adalah Petugas Pemutahiran Data Pemilih (Pantarlih) Desa Buku Kecamatan Belang. Sementara Miranda wanita disampingnya merupakan Pengawas Kelurahan Desa (PKD) di Desa yang sama.

Keduanya tampak tak peduli dengan situasi cuaca yang tidak bersahabat. Hampir seminggu guyuran hujan lebat mengakibatkan banjir setinggi lutut orang Dewasa dihampir sebagian wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara Rabu.

Kondisi tersebut tak menyurut niat keduanya menjalankan tugas sebagai Pantarlih dan PKD. Mereka mendata setiap warga wajib pilih agar dapat menyalurkan hak pilih pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Tenggara November nanti.

Satu persatu rumah warga disambangi. Sebagian pakaian basah. Belum lagi menyusur air keruh bercampur lumpur. Sesekali alas kaki harus dilepas menyusur tanah becek dan licin. Namun bagi mereka, tanggung jawab sudah tersemat, Ibarat ungkapan “Show Must Go On”.

Dari penuturan petugas Pantarlih dan PKD, menjadi keharusan menjalankan tugas dikarenakan tidak bisa memprediksi kondisi cuaca hujan dan banjir kapan akan berakhir. Sementara mereka diberi target waktu untuk menuntaskannya.

“Somo Amper satu bulan ini hujan terus. Apalagi kalau di daerah Belang dibeberapa tempat sudah banjir sejak dua Minggu lalu. Jadi kalau harus menunggu kondisi membaik, tugas melakukan coklit akan tertunda-tunda. Bisa jadi tidak akan selesai,” ujar Miranda saat diwawancarai sindomanado.com, Rabu 26/6/2024.

Adapun ditengah menjalankan tugas pengawasan dalam pendataan, Miranda maupun Fidia menuturkan bahwa mereka disambut baik oleh warga meski ditengah banjir sekalipun.

“Alhamdulilah selama bertugas tidak ada masalah. Sampai hari ini semuanya baik-baik saja,” ujar Miranda dan Fidia.

Meski ditugaskan oleh dua lembaga berbeda, keduanya menceritakan jika pekerjaan ini tujuannya adalah untuk menghasilkan data pemilih yang akurat.

“Kami sudah dilantik dan dibekali untuk menjalankan tugas. Ya, kami berharap apa yang kita kerjakan sekarang ini bisa memberikan manfaat untuk suksesnya Pilkada di Mitra,” terang Mereka.

Selain Miranda dan Fidia, sejumlah Pantarlih dan PKD juga ikut terpantau menjalankan tugasnya ditengah banjir. Seperti halnya PKD Ahmad Shidiq Utina dan Pantarlih Stenli Ratuliu, asal Desa Belang Kecamatan Belang. Salah satu dari mereka harus menggunakan sepatu boots untuk menyusur bajir.

Mo bilang apa, kondisinya begini. Biar jo basah deng ba pece yang penting pekerjaan harus dilakukan. Tetap torang gas” timpal Ahmad Utina.

Diketahui hingga Rabu, 24/6 kondisi beberapa wilayah di Minahasa Tenggara dilanda banjir dan longsor. Beberapa desa bahkan terancam terisolir akibat terputusnya akses transportasi.

Sementara wilayah pesisir seperti Wilayah Kecamatan Belang dan Pusomaen dilanda banjir dengan meluapnya sungai besar yang melintas di wilayah pemukiman. Kondisi ini pun masih berlangsung dengan curah hujan lebat dengan intensitas tinggi.

(Marfel Pandaleke)