MANADO – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) melalui Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) melakukan tujuh langkah antisipatif merespon potensi masuknya penyakit pneumonia yang disebabkan virus corona.

Kepala Dinkesda Sulut dr Debie Kalalo menuturkan, hampir semua Negara telah mewaspadai potensi masuknya penyakit pneumonia yang terinformasi awalnya terjadi di Provinsi Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok.

Kementrian Kesehatan (Kemenkes), kata Kalalo, telah menginstruksikan bagi semua provinsi di Indonesia untuk meningkatkan pengawasan di pintu masuk seperti bandara.

“Di Sulut juga kita tetap waspada, meski hingga saat ini belum ada laporan ataupun deteksi adanya kasus pneumonia berat dengan penyebab virus corona di Provinsi Sulut,” ungkap Kalalo, Selasa (21/1/2020).

Dia memaparkan, Dinkesda Sulut bekerja sama dengan stakeholder terkait mengupayakan langkah-langkah antisipatif, yakni pertama, membuat Surat Edaran kewaspadaan pneumonia kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten/kota dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta pada tanggal 8 Januari 2020.

Kedua, membuat surat Surveilans Aktif RS dan Surveilans Pasif RS ke setiap rumah sakit agar pro aktif melaporkan kejadian penyakit berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) termasuk kejadian pneumonia pada 14 Januari 2020. Ketiga, meningkatkan upaya pengamatan penyakit menyerupai influenza (influenza like illnesses) di puskesmas-puskesmas.

Kemudian keempat, melakukan pemantauan pelaku perjalanan dari luar negeri di pintu masuk Negara di Bandara Sam Ratulangi Manado bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II manao dengan menggunakan alat pemantau suhu (thermal scanner). Kelima, melakukan Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) ke semua rumah sakit di Manado dan kabupaten/kota lain, untuk memonitor kejadian penyakit menular potensial KLB termasuk kejadian pneumonia.

Selanjutnya, keenam, melakukan edukasi kepada masyarakat tentang cara-cara pencegahan dan pengendalian penyakit pneumonia, dan ketujuh, menyiapkan logistik upaya pencegahan penyakit pneumonia ini.

“Saat ini di bandara Samrat telah dipasang thermal scanner yang merupakan alat pemantau suhu. Intinya, kita merespon penyebaran penyakit pneumonia ini dengan melakukan langkah-langkah antispatif,” jelasnya.

Kalalo juga memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak panik, karena penyakit tersebut tingkat fatalitasnya (kematian) rendah. Warga diharap mendengarkan advice dari sumber terpercaya, dan bila didapati adanya berita meresahkan segera menghubungi dinas kesehatan baik provinsi dan kabupaten/kota.

“Meski begitu, warga juga dapat waspada terutama jika mengalami gejala demam, batu disertai kesulitan bernafas, segera mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan terdekat,” tuturnya.

Dia juga berharap warga agar dapat memperhatikan soal kebersihan tangan rutin, sebelum memegang mulut, hidung dan mata setelah memegang instalasi publik. Selanjutnya, tambah Kalalo, membiasakan mencuci tangan dengan air dan sabut cair serta membilas setidaknya 20 detik.

“Saat bersin dan batuk kiranya dapat menutup mulut dan hidung dengan tissue. Kalau memiliki gejala gangguan saluran napas, dan berobat ke fasilitas layanan kesehatan,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, kejadian berjangkitnya infeksi paru menyerupai pneumonia dengan penyebab virus corona strain baru terjadi pada awalnya di Provinsi Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok.

Sampai tanggal 20 Januari 2020 dilaporkan ada 198 orang yang terinfeksi oleh penyakit ini. Sebagian besar ada di Provinsi Wuhan, terlapor adanya penyebaran ke Beijing. Otoritas Kesehatan Thailand dan Jepang juga melaporkan adanya tiga kasus yang dicurigai, walaupun belum terkonfirmasi.

Sudah ada sekira tiga kasus kematian akibat penyakit ini. Kasus kematian terjadi pada orang tua, dan orang-orang yang memiliki masalah kesehatan lainnya. Otoritas China berhipotesa bahwa penyakit ini terjangkit dari hewan liar yang dijual di pasar hewan ke manusia. Dilaporkan adanya transmisi (penjangkitan) dari manusia ke manusia, walaupun dengan probabilitas yang sangat kecil. (rivco tololiu)