Diakuinya, sebagai caleg, partainya sangat rutin memberikan edukasi maupun pemahaman kepada semua kader untuk memerangi informasi hoaks dan isu yang berbau SARA.
Begitu juga disampaikan caleg dari Partai Hanura, Baso Affandi. Menurutnya, informasi hoaks belakangan mulai populer karena banyak dikonsumsi masyarakat. Sebagai kader Hanura, Affandi mengatakanm, partainya pun selalu rutin memberikan arahan agar dapat menangkal infromasi hoaks dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat.
“Apalagi hal-hal yang berbau fitnah. Intinya, setiap parpol pasti definisinya positif. Semuanya punya visi dan misi yang jelas. Jadi, sudah diberikan edukasi bagaimana menyebarkan berita dan menyaring berita itu sendiri,” paparnya.
Akadimisi Unsrat, Ferry Liando mengatakan, hoaks itu merupakan masalah prilaku. Artinya, prilaku ini datang dari masing-masing orang.
“Jika berita hoaks ini semakin banyak disebarluaskan, pastinya banyak warga termakan kabar bohong tersebut. Seperti produsen dan konsumen,” ujarnya.
Liando menuturkan, peran penting di sini yaitu tokoh agama dan masyarakat, yang tentu harus tahu jika pembuatan atau penyebaran informasi hoaks itu sendiri datangnya dari prilaku.
“Ini sangat penting untuk disikapi. Apalagi sebentar akan ada Pemilu 2019. Warga harus bijak, cerdas dalam menggunakan medsos, terlebih menyikapi setiap informasi yang didapat setiap harinya,” ucap Liando.
Kepala Dinas Komunikasi Persandian dan Statistik Provinsi Sulut, Jeti Pulu mengungkapkan, upaya mengatasi penyebaran informasi hoaks tersebut, tentunya bukan tugas yang hanya membalikan telapak tangan.
Tinggalkan Balasan