Curhat Tenaga Medis RSUP Prof Kandou: Dikucilkan Masyarakat tapi Terhibur Ketika Pasien Sembuh

oleh
Kepala Instalasi Irina F RSUP Prof Kandou Manado, Semuel Stevie Kumajas. (FOTO: Istimewa)

MANADO- Coronavirus disease (Covid-19) yang begitu cepat menyebar ke seluruh dunia, menjadi tantangan berat para tenaga medis.

Mereka rela bertaruh nyawa demi nyawa orang lain. Semua sepakat bahwa di tengah pandemi ini, tenaga medis adalah pahlawan kemanusiaan yang berperang di garda terdepan.

Banyak suka duka yang dirasakan para tenaga medis saat menangani pasien terkait Covid-19. Selain harus bekerja 6-8 jam nonstop memakai alat pelindung diri (APD), mereka juga harus menghadapi stigma negatif masyarakat. Hal tersebut dialami seluruh tenaga medis tak terkecuali mereka yang berada di Irina F RSUP Prof Kandou Manado.

Diketahui, saat ini Irina F dijadikan sebagai ruangan untuk menangani berbagai pasien yang terkait dengan Covid-19, baik itu pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasien terkonfirmasi positif terjangkit virus baru tersebut.

Kepala Instalasi Irina F RSUP Prof Kandou Manado, Semuel Stevie Kumajas kepada SINDOMANADO.COM mengatakan, dirinya kerap menerima curahan hati (Curhat) dari rekan kerjanya di Irina F terkait stigma negatif yang diterima dari masyarakat.

“Kadangkala perawat yang bekerja di rumah sakit merawat pasien Covid-19 dikucilkan masyarakat,” ungkap Kumajas via telepon dengan wartawan, Kamis (23/4/2020).

Kumajas juga sering melihat bahwa ada masyarakat yang tidak terima dan seolah menyalahkan tenaga medis jika pasien yang dirawat meninggal dunia.

“Dari masyarakat ada yang menerima, ada juga yang tidak menerima, itulah yang kadangkala menjadi perhatian kami para tenaga medis,” ucapnya.

Dia pun tak menampik bahwa memang dalam proses perawatan pasien virus korona, masih terdapat banyak kekurangan, sebab ini merupakan penyakit baru yang dihadapi dirinya dan rekan-rekan.

“Kekurangan itu yang menjadi tantangan bagi kami untuk melaksanakan pelayanan di sini (Irina F), karena ini masih baru. Ada banyak hal-hal yang tidak terduga yang sering kali terjadi juga,” bebernya.

Kekurangan-kekurangan yang ditemui, kata Kumajas, antara lain ketika pihaknya pada awalnya menyiapkan ruangan Irina F untuk pasien dewasa, akan tetapi belakangan ternyata banyak anak-anak dan bayi yang juga dirawat.

“Biasanya kami merawat ruangan itu dengan hanya satu kasus, kalau sekarang ini semua kasus ada di sini, kadangkala itu yang menjadi perhatian kami karena harus melibatkan berbagai disiplin ilmu di sini,” terang Kumajas.

Tetapi Kumajas memastikan bahwa tenaga medis merawat pasien secara maksimal lewat koordinasi dan komunikasi yang baik, serta dari segi jumlah tenaga medis yang ada juga sangat mencukupi untuk menangani pasien.

Di sisi lain, hal yang menghibur adalah ketika ada pasien yang dirawat kemudian dinyatakan sembuh. “Kalau mereka bisa sembuh dan pulang, kami merasa bahwa apa yang kami berikan dan kami lakukan membawa keberhasilan. Kami senang dan bahagia. Itu juga menjadi motivasi tersendiri bagi kami untuk terus berjuang,” imbuhnya.

Sambung dia, berbagai perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak lewat pemberian APD, vitamin, bahan makanan dan hal-hal lainnya juga sangat memberi arti tersendiri bagi mereka.

“Saya juga sendiri merasa bersyukur karena bisa diberi kesempatan saat ini untuk mengatur ruangan Irina F dengan pasien Covid-19 ini, walaupun situasi sekarang sulit tetapi saya melihat ini sebagai tantangan bagi saya,” ucap Kumajas.

Diakhir kesempatan berbincang, Kumajas berpesan agar masyarakat bisa lebih terbuka dan lebih membuka wawasan akan situasi dan kondisi penyebaran Covid-19 di Sulut, utamanya di Kota Manado, agar tidak banyak menimbulkan stigma yang justru menguras pikiran dan energi.

“Covid-19 ini bisa dialami siapa saja, ya kalau itu terjadi pada diri kita sendiri, bagaimana perasaan kita, seperti itu yang harus dilihat masyarakat untuk bisa lebih membuka wawasan lagi agar menerima saudara-saudara kita atau siapa saja yang terdampak musibah Covid-19 ini,” paparnya. (Fernando Rumetor)