Virus Korona Guncang Pariwisata Sulut

oleh
Tampak, suasana diksusi Forum KORAN SINDO MANADO. (ist)

MANADO — Dunia tengah dihebohkan dengan isu penyebaran Novel Coronavirus (NCov). Meski saat ini hanya masif di China namun karena penyebaran yang dianggap cepat serta masih kurangnya informasi penanganan virus membuat sejumlah wilayah termasuk Sulut ikut merasakan dampaknya.

KORAN SINDO MANADO (KSM) menggelar Forum Mingguan membahas permasalahan tersebut di Canteen Foodie Coffee, Jalan 17 Agustus, Manado, Rabu (29/1/2020).

Diskusi dipimpin Redaktur KSM Rivco Tololiu dan dihadiri Direktur Operasional KSM, Gladys Runtukahu serta Pemimpin Redaksi Claudia Rahim. Narasumber yang hadir, di antaranya, Dinas Kesehatan Sulut, Dinas Pariwisata Kota Manado, Kantor Imigrasi TPI Kelas I Manado, Anggota DPRD Sulut serta pakar yang juga akademisi. Dalam forum tersebut terungkap, merebaknya virus corona turut mengguncang sektor pariwisata Sulawesi Utara (Sulut). Pasalnya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal China yang beberapa tahun terakhir membeludak, kini menurun usai ditetapkannya pemberhentian sementara penerbangan langsung China-Manado.

Sekertaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Manado, Ferry Woy, mengatakan dampak langsung dirasakan setelah merebaknya isu penyebaran virus Corona. Berkurangnya kunjungan wisatawan China juga sedikit menggoncang perekonomian.

“Jika isu yang beredar tidak mampu diredam dan masyarakat masih memiliki kekhawatiran yang besar dan berlangsung lama maka perekonomian bisa terganggu,” terang Woy.

Meski demikian, ia mengungkapkan Dispar Manado tidak lantas kehilangan akal. Di mana, saat ini tengah menggenjot kunjungan turis dari negara-negara Eropa, seperti Jerman.

“Turis Jerman menduduki posisi kedua pengunjung terbanyak di Sulut,” ungkapnya.

Sekadar referensi, penurunan jumlah wisman dari China disebabkan pembatasan kunjungan baik dari pihak pemerintah Indonesia, pemerintah daerah, bahkan otoritas China sendiri.

“Itu merupakan bukti kesigapan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus,” imbuhnya.

Anggota DPRD Sulut, Richard Sualang juga turut mengapresiasi langkah antisipatif pemerintah. Menurutnya, level permasalahan virus korona di Sulut belum dalam tahap berbahaya. Meski demikian penghentian sementara kunjungan turis China berimbas pada turunnya Pendapatan Asli Daerah (PAD).

“Dikhawatirkan hal ini dapat menyebabkan defisit anggaran. Kami berharap, koordinasi antardinas terkait bisa terus berlanjut untuk mengatasi masalah tersebut,” tukas politikus PDIP itu.

Sementara itu, untuk meredam kekhawatiran warga tentang penyebaran virus korona, Pemprov Sulut melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah melakukan beragam upaya. Di antaranya berkoordinasi dengan tiap rumah sakit bahkan puskesmas di tiap kabupaten dan kota untuk bertindak cepat jika ada pasien yang terindikasi mengalami ciri-ciri penyakit mirip yang diderita pasien korona.

Hal itu disampaikan perwakilan Dinkes Sulut, dr Arthur Tooy. Ia menjelaskan, pada prinsipnya pemerintah tetap tanggap melakukan upaya pencegahan dengan maksimal.

“Ketakutan-ketakutan yang dirasakan masyarakat saat ini kebanyakan disebabkan oleh kurangnya informasi tentang NCov itu sendiri. Ini virus baru, data penelitiannya merupakan data yang sifatnya sementara belum baku, jadi masih menimbulkan kepanikan karena masyarakat kebanyakan menelan mentah-mentah informasi seperti penyebaran yang cepat, mematikan dan lain-lain. Tapi sejauh ini kasusnya memang belum tercatat ada di Indonesia,” terangnya.

Lanjut dr Arthur, saat ini kedokteran mengkategorikan individu yang terduga terjangkit sebagai ‘orang dalam pemantauan’. Mereka yang masuk kategori ini umumnya memiliki keluhan panas tubuh di atas 38 derajat celsius, mengalami batuk pilek, ada riwayat pneumonia, serta memiliki riwayat bepergian jauh ke China.

Meski seseorang telah memenuhi syarat sebagai terduga terjangkit virus, masyarakat juga tetap harus tenang dan paham pencegahan agar tidak tertular, jangan langsung merespon dengan ketakutan berlebihan.

Kepala Kantor Imigrasi, Arthur Mawikere meminta masyarakat Sulut tetap tenang dan terus berdoa. Pihak Imigrasi sendiri menyiagakan staf di bandara yang merupakan pintu masuk turis. Di pintu masuk lain, pemerintah juga telah berkoordinasi dengan KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan).

Mawikere mengatakan meski kujungan wisman China menurun, namun ada beberapa wisatawan juga yang enggan pulang ke China karena takut penularan virus. “Di sisi lain, hal ini baik. Karena selama masih di Sulut, transaksi sehari-hari bisa mendongkrak perekonomian,” tandasnya.(ilona piri/schwars tompodung)