Kerusuhan Amerika Serikat Belum Terkendali

oleh
Presiden AS, Donald Trump. (FOTO: Istimewa)

JAKARTA – Aksi demonstrasi yang diwarnai dengan penjarahan di Amerika Serikat (AS) menyusul meninggalnya pria kulit hitam, George Flyd, terus menggelinding dan membesar. Untuk meredamnya, negeri adidaya tersebut mengerahkan Pasukan Garda Nasional ke 15 negara bagian dan Washington DC.

Hingga kemarin demonstrasi yang diwarnai bentrok dengan aparat masih terjadi  di Minneapolis, Boston, dan Washington. Di Minneapolis ribuan demonstran menggelar aksi pada Minggu malam di St Paul. Selama beberapa hari terakhir lebih dari 170 toko dijarah para warga yang tidak bertanggung jawab.

Selain mengerahkan Pasukan Garda Nasional, sedikitnya 40 kota di AS memberlakukan jam malam sebagai bentuk pencegahan. “Saya benci melihat kota ini (saat ini), tapi pada akhirnya kita membutuhkan keadilan,” kata Jahvon Craven, 18, remaja Minneapolis yang mengamati para demonstran, dilansir Reuters.

Meluasnya kerusuhan tersebut membuat Presiden AS Donald Trump marah besar. Dia menyebut para demonstran sebagai “penjahat” dan kelompok anarkis. “Bersikap tegaslah para wali kota dan gubernur dari Demokrat.  Panggil pasukan Garda Nasional sekarang,” pinta Trump.

Namun, Trump tidak bisa mengambil kontrol pasukan Garda Nasional. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Robert O’Brien, mengakui  Gedung Putih tidak bisa memerintah pasukan Garda Nasional saat ini. “Tapi, jika memang diperlukan, kami memiliki aset militer yang bisa diterjunkan. Untuk saat ini, gubernur dan wali kota bisa mengendalikan kota mereka,” ucap O’Brien.

Sejauh ini Garda Nasional telah mengerahkan 5.000 tentara di 15 negara bagian dan Washington. Kendati demikian, tanggung jawab penegakan hukum masih berada di tangan negara bagian dan lokal.  Selain Minnesota, pasukan Garda Nasional juga diterjunkan ke Colorado, Georgia, Kentucky, Ohio, Pennsylvania, North Carolina, South Carolina, Texas, dan Washington. Ada 2.000 pasukan tambahan sedang disiapkan jika memang diperlukan.

Mayor Jenderal Jon Jensen, kepala Pasukan Garda Nasional Minnesota, mengungkapkan, mereka telah mempersiapkan diri setelah FBI melaporkan adanya ancaman kekerasan. “Kami memberi tahu Gubernur Minnesota Tim Walz tentang ancaman dan FBI telah memberi tahu Garda Nasional. Walz sepakat mempersenjatai pasukan Garda Nasional,” kata Jensen.

Seperti diketahui, kematian Floyd setelah diinjak dengan lutut oleh perwira polisi yang menangkapnya pada 25 Mei lalu memicu kembali kemarahan pada perlakuan polisi terhadap orang keturunan Afrika-Amerika. Sebelumnya, sebuah kantor polisi di Minneapolis dibakar pada malam ketiga aksi protes atas tewasnya seorang pria kulit hitam tidak bersenjata saat ditahan. Para pejabat AS telah memberikan penjelasan yang berlainan terkait siapa yang bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut, dengan beberapa di antaranya menuding kelompok luar dan individu terlibat.

Aksi demonstrasi damai yang kerap berujung pada aksi kerusuhan pun meluas ke berbagai penjuru AS. Di luar Gedung Putih, polisi menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa yang melanggar jam malam. Kerusuhan terjadi di parkiran dekat Gedung Putih ketika para petugas menyemprotkan merica dan gas air mata yang membakar mobil dan gedung.

Gubernur Washington Jay Inslee mengaktifkan Garda Nasional untuk menstabilkan keamanan. “Kami tidak mengizinkan tindakan berbahaya dan ilegal (kerusuhan) yang muncul dari ketidakadilan atas kematian George Floyd,” kata Inslee. Dia memerintahkan semua anggota Garda Nasional tidak membawa senjata.

Di Santa Monica, California, banyak orang menjarah toko di sekitar Third Street Promenade dan polisi bergerak cepat melakukan penangkapan. Vandalisme juga terjadi masif di kota tersebut. Di kawasan Long Beach, sekelompok pria dan wanita menghancurkan jendela toko dan menjarah.

Reuters melaporkan, kerusuhan sporadis juga terjadi di Boston setelah para demonstran melemparkan botol ke arah petugas keamanan. Aksi serupa terjadi di Philadelphia yang memberlakukan jam malam sejak pukul 18.00 hingga pukul 06.00.

Di New York polisi menangkap 350 demonstran dan 30 petugas mengalami luka ringan dalam bentrokan. Uniknya, salah satu demonstran yang ditangkap polisi New York adalah putri Wali Kota New York , Bill de Blasio, yang berusia 25 tahun, Chiara. Namun, Chiara sudah dibebaskan dengan jaminan. (Koran Sindo)